Showing posts with label Semacam Analisis. Show all posts
Showing posts with label Semacam Analisis. Show all posts

Thursday, 21 April 2016

Telinga

Telinga gue sekarang lagi sakit, sakit banget yang sebelah kanan ini. Kayanya luka. Dulu gue udah pernah periksa, Cuma gue gak suka sama respon dokternya yang bilang telinga gue gak papa, salah gue juga sih meriksanya pas telinganya udah gak papa, Cuma gue udah jelasin beberapa bulan yang lalu itu telinga gue sakit, apa salahnya diperiksanya lagi, ini dengan teganya bilang telinga gue baik-baik aja, dia gak ngerti emang sama rasa sakit yang gue rasa, hiks.

Itu dua bulan lalu, sekarang telinga gue sakitnya lebih sakit dari yang lalu. Ini sebenarnya murni kesalahan gue sih, hehee. Jadi kemaren gue berenang lagi di danau, lalu sok-sok nyelam agak dalem, *mengikuti anjuran lagu banda neira yang ke entah berantah itu loh, berjalan lebih jaaauh, menyelam lebih dalaaam* udah tau dan kerasa telinganya agak lain gue malah maksa nyelam terus di keruhnya air gambut. Alhasil telinga gue kemasukan air kayanya, gegara gak bawa cotton bud gue biarin aja, karena lama-lama risih, mengikuti ajaran bang jon, gue congkel pakai ujung jarum pentu. Sebenarnya sakit di telinga masih bisa di tahan, sama kaya sakit di hati, *ehem* cuma paranoid akibat rasa sakit itu, ini telinga boi!

Anjuran teman gue yang menurut gue terlalu ‘medis’ –dibandingkan gue yang secuil banget percaya sama medis– tentulah dengan khawatirnya nyuruh gue ke dokter. Huhuu, kalau di pekanbaru pasti gue langsung ngadu ke mama dan besoknya gue ke dokter. Nah ini? di entah berantah, sendirian, gak ada uang, mau ke dokter?. Bisa aja sih minta tolong sama abang partner, tapi... ujung-ujungnya pasti duit, lalu tetiba papa datang dan berkata “gak ada yang susah, yang susah itu bayar hutang” intinya, gue gak mau berhutang. Padahal gue senang-senang aja selama ini (re: selama disini) gak ada uang, tapi kerasa pas sakit inilah sedihnya gak ada duit. Mau pulang ke Pekanbaru, nah uang buat pulangnya, mau minta sama orang tua uangnya, Uh, gengsi boi! Mau ngadu ke mama lagi sakit, etdah, pantangan gue! Mama udah tau paranoidnya berlebihan banget, bisa aja gue dijemput terus dipaksan pulang nanti, kan lucu, diketawain orang se-empat kabupaten jadinya.

Kalau gini gue ingat apa aja yang udah gue lakukan ke telinga pemberian Tuhan ini. Gue sering banget pakai earphone kebangetan, dengar lagu, radio, nonton, apalagi di rumah kalau lagi merajuk, mutarin lagu sejenis 30 second to mars dengan volume full pakai earphone, apa gak kurang ajar gue sama telinga.

Jadi ingat kalimat ini “nikmat yang sering dilupakan adalah waktu dan kesehatan” sekarang kerasa banget menyiakan nikmat telinga sehat itu. Bayangkan aja, telinga kiri baik-baik, telingan kanan.. hm.

Jadi rindu Pekanbaru. Suasana malam Pekanbaru tepatnya, huaaaa *ini korelasi telinga sama rindu dimana ya* Gimana gak rindu, terakhir kali gue sering banget ngabisin waktu keluar malam di pekanbaru, sampai mau di gampar kali sama mama saking seringnya, gegara alibi bakal pergi atau emang pengaruh buruk teman, hahahhaa *bercanda boi, aku senang banget kok bisa keluar bareng, malam pula,  I’m night person!!*

Rindu Pekanbaru, rindu malam, rindu hiruk-pikuk, rindu mama nanggalin earphone gue pas gue tidur.

Udah ya, udah disuruh tidur sama payung teduh ni, hahahaa. Semangat dan jangan sia-siakan dua nikmat tadi ya, semangat teyus qaqaaaaa!

Salam,
Dari tepian sungai terdalam
April 21, 2016, dini hari

Saturday, 13 February 2016

Dalam masalah

Pernah sewaktu waktu teman saya yang dalam masalah saya nasehati, kira-kira begini:

“Sebenarnya masalah kamu itu masalah kecil saja, kenapa kamu begitu sedih dan sekecewa itu? Pun kamu masih punya banyak orang yang mensupport kamu, dan kamu masih punya banyak cara sebenarnya untuk mengatasi masalah kamu itu.
Kita ini kalau adalam masalah sering kali menganggap masalah kita itu besar sekali, padahal hanya masalah kecil saja sebenarnya, orang lain bahkan punya masalah yang sangat besar dari kita”.

Teman saya itu bukanlah orang bodoh, dia hanya sedang terlarut dalam masalah kecill nya itu, saat saya nasehati tadi, ia menjawab

“Iya, tau ana (anggap saja dia memanggil namanya ana) tapi kalau lagi masalah kaya gini, gak peduli ana do dengan masalah orang lain yang mungkin lebih besar, kalau ada orang yang masalahnya cerai yaudah, cerai aja, terus cari aja lagi yang baru. Susah kali. ”

Itu jawaban teman saya, yang pasti mengejutkan saya. Saya yakin dia sedang tidak serius dengan responnya tersebut, paling itu statemen emosinya saja. Tapi lihatlah begitu hilangnya jadi diri seseorang jika sedang emosi dengan masalahnya. Emosi marah, sedih yang berlarut-larut atau tepatnya dibuat-buat oleh hati dan pikirannya.

Tapi apa yang dikatakan teman saya tadi kurang lebih betul adanya. Disaat saya menasehati dia dengan nasehat di atas saya sedang tidak dalam masalah, atau setidaknya tidak ingat punya masalah. Tapi ketika saya sedang dalam masalah, masalah ringan saja, saya pun menjawab kurang lebih seperti apa yang dikatakn teman saya itu.

Masalah proposal. Seolah saya saja yang mahasiswa yang punya masalah dengan proposalnya. Padahal banyak lagi mahasiswa yang bahkan lebih parah masalahnya, misal; pasti ada seorang mahasiswa tingkat akhir yang menunggu DO jika proposalnya tidak diterima. Tapi respon saya saat itu malah

“Ah, itu salah dia ngapa gak dari awal ngerjain, ngapa dia lalai!”

Padahal dalam akal sehat saya, bisa saja saya berpikir bahwa mahasiswa yang dalam keadaan seperti itu bisa saja dia membereskan masalah genting lainnya dulu, mencari nafkah untuk keluarga misalnya, hingga lalai tugasnya sebagai mahasiswa hingga dia terjerat masalah.

Betapa bahayanya orang yang dalam masalah. Yang ia fokuskan hanya masalahnya saja. Egoisnya dominan sekali jadinya. Lalu apa yang bisa diperbuat jika seperti itu?

Mengingat dan diingatkan.

Mengingat kita punya Tuhan, Allah SWT, tempat mengadu dan meminta pertolongan.
Seperti dalam QS. An-Naml ayat 62, yang artinya:

“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya)”

Mengingat bahwa masalah yang sedang kita hadapai itu, jika dihitung-hitung belum ada apa-apanya lagi dengan apa yang kita punya. Masalah proposal, betapa sepelenya bukan? Padahal masih banyak orang yang tidak punya kesempatan melanjutkan peguruaan tinggi. Yang tidak bersekolah saja masih banyak.

Dan Diingatkan

Orang yang terlaru larut dalam masalahnya sulit menggunakan akal dan hatinya. Menjadi manusia egois yang sering larut dengan masalahnya sendiri. Disini, berterimakasihlah kepada orang yang mengingatkan kamu, entah mengingatkan betapa ‘bodohnya’ kamu berlarut dalam masalah tersebut, mengingatkan kamu bahwa mereka ada untuk menolong kamu dalam masalah mu dan mengingatkan kamu bahwa masalah itu bisa dilalui, seperti hujan yang pasti reda atau badai pasti berlalu. Yang mengingatkan bisa saja bukan orang. Melainkan benda, entah itu rangkaian kata dalam nada yang tak sengaja didengar, atau aktivitas manusia lain yang ‘menampar’ mu, maka dari itu jika dalam masalah, janganlah-hindarilah berdiam pada suatu tempat, menyendiri. Pergilah keluar, dan lihat betapa kecilnya masalah kita atau banyaknya solusi untuk masalah yang sedang kita hadapi.

Seperti kemaren.
Saya dan teman saya tersebut keluar rumah mencari pisang coklat keju yang hangat di pinggir jalan yang ramai. Sambil ia membaca buku La Tahzan yang menamparnya untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan, karena setan suka manusia yang tenggelam dalam kesedihannya.


written: 01022016


Sunday, 17 May 2015

Bacalah!: Gowest and Gowes


Go West and Gowes! Catatan seorang copywriter 3
Budiman Hakim
Bentang Pustaka
November 2012
264 halaman
----------------------------------------------------
Hahahaahahaa. Tertawalah anda, tetapi jangan banyak-banyak ntar katong ketawanya rusak dan tersiksa pas baca buku ini karena buku ini memaksa kita untuk tertawa saat membaca. Tapi, bukan hanya sekedar tertawa.

Berawal dari bazar buku bersama siotong Pea, kami terheran-heran melihat judul bukunya. Gowest and gowes! Ini buku apaan? Covernya gambar seorang bapak (yg keliatan kaya pelatih bola) dan seorang anak lelaki gendut (yg manis kaya Chinese) lagi megang sepedanya. Ini apaan ya? Pergi kebarat dan bersepeda? Kami pun terheran-heran. Dan saling berpandangan, dan buku yang kami pegang terjatuh, dan mata kami lekat saling memandang, lalu ku beranikan berbicara pada sepasang mata besar yang sedang kutatap “Pea yang jatuhin, bukan opa” kata ku. Hahaa, oke itu absurd banget dan bohong banget kejadiannya. Jadi ceritanya, setelah terheran dengan judul dan covernya, kami lihat backcovernya, taraaa.. ada Sapardi Djoko Damono, yak! Officially ini buku kedua yang kami beli samaan karena ada SDD nya pea.
Untuk semua masyarakat Indonesia yang sedang galau, semoga terhibur

Semacam resensikah? - Kisah Muram di Restoran Cepat Saji


Kisah Muram di Restoran Cepat Saji.
Bamby Cahyadi.
Gramedia Pustaka Utama.
Desember 2012.
152 halaman
 ----------------------------------------------------------------------

M, saya tertarik dengan buku ini karena judulnya. Dengan pengalaman sekilas bekerja direstoran cepat saji, saya sangat setuju dengan judul buku ini. Kurang lebih itu adalah sedikit pengalaman berharga saya sepanjang hidup. Et, bukan pengalaman saya bekerja dan merasakan ‘muramnya’ restoran cepat saji yang akan saya tuliskan kali ini.

Saya baru mengenal nama Bamby cahyadi. Jadi setelah membaca judul bukunya saya menlihat profil penulisnya, dan hei! Lucu sekali kelahiran 70an, yang kira-kira kalau di‘kurs’kan dengan buku ini diterbitkan, berarti umurnya 42tahun, tetapi fotonya imut dengan kacamata dan jari ala checklist didagunya, ini foto bisakah saya katakan diambil 15tahun yang lalu? Hahaa. Untuk ukuran 40 tahun saya menilai (dari fotonya) pribadinya imut sekali. Yang paling lucu adalah ia adalah lulusan Hamburgerlogy saya baru tau ada jurusan itu. Oke judul menarik, penulisnya menarik, dan teman saya ketika akan membeli buku ini bilang resensi untuk buku ini juga menarik. Tak usah ditanya buku ini memang layak dibeli, bukan karena hanya lagi bazar dan mendapatkan buku ini dengan Rp.15.000 saja, saya ‘kena’ jackpot!. Ye.

Saturday, 3 January 2015

Kisak Klasik, 2014

kla·sik 1 a mempunyai nilai atau mutu yg diakui dan menjadi tolok ukur kesempurnaan yg abadi; tertinggi

Seperti itu gambaran ringkas saya untuk segala kisah saya yang terjadi pada 2014. Ah.. 2014. Sungguh saya masih mengingat dengan jelas bagaimana saya memulai tahun tersebut, biasa saja, ruang kamar, riuh kembang api komplek dan dari Mall dekat rumah, alunan lagu biasa. Tak ada pesta, hanya ada jagung rebus saat itu. Awal yang biasa untuk tahun yang begitu sangat tidak biasa, tahun klasik saya. Ada begitu banyak kisah yang begitu bernilai, ada begitu banyak kata yang saya pelajari, manusia yang saya kenal, kejadian yang.. terjadi, rasa yang berjuta, pemahaman, pencarian makna. Ah, banyak sekali.

Kabut asap, orang-orang baru, akademis, politik, bola, organisasi, derita, kerja, pertemanan, kesenangan, pelajaran, diri....... 2014 yang begitu.. klasik.

2014 lalu diawali kota yang tertutup kabut kerakusan, entah mengapa saya baru menyadari –setelah 19tahun menghirup udara kota ini– bahwa negeri ini penuh dengan kesesakan kepentingan para orang  tamak, sampai udara pun harus dibayar begitu mahal. Dipedulikan ketika telah termegap-megap. Negeri yang kaya? Haha.

Orang-orang asing, yang malah tak asing. Menjadi begitu berpengaruh, orang asing yang tak tau nama atau wajah, hanya melalui kata tapi mengajarkan begitu banyak. Memberi semangat yang terkadang bahkan orang dikenal saja tak bisa berikan. Terimakasih atas segalanya. Kita yang masih mengenal ataupun masih menjadi sama-sama asing. Terima kasih. Saya percaya tidak ada kebetulan didunia ini, tidak ada hal acak yang tak berpola, Tuhan pasti merencanakannya.

Di 2014, Alhamdulillah nilai akademis meningkat dari yang gak diyakini bakal meningkat, dari yang satunya hanya bergabung pada satu lembaga saja, sekarang bertambah satu lembaga besar. Dari hanya mengikuti satu kepanitian, lalu bertambah menjadi satu kepanitian besar lagi. Kedua-duanya, dua lembaga dan dua kepanitian itu, memberikan kehangatan, pemahaman –yang pasti tidak akan ditemukan pada ruang kelas–, pengenalan, tanggung jawab, dan pasti membukakan pandangan saya yang selama ini hanya melihat dunia dari apa katanya, terjun langsung dan menjadi saksi bahwa tidak ada dunia yang  begitu.. begitu baik-baik saja seperti yang saya pikirkan –dulu. Perasaan menggebu-gebu, idealisme. Kekuasaan, kepentingan, mekanisme, alur-alur yang diatur, lalu dibungkus rapi agar terlihat baik-baik saja. Sungguh melihat atau tak sengaja terlibat dalamnya, bukan hanya sekedar mendengar ‘katanya-katanya’ atau hanya membaca cerita-ceritanya di buku.
2014 adalah tahun yang hangat bagi saya. Di tahun ini saya mulai memahami arti pertemanan sesungguhnya. 2014, Tuhan mengabulkan doa saya Dekatkanlah saya dengan orang yang dekat pada-Mu dan orang-orang yang mendekatkan saya pada-Mu. Bisa menikmati hari-hari bersama orang yang menjadikan saya lebih baik, dengan segala perbedaan suku, agama, pemikiran, perbedaan-perbedaan lainnya, tapi bersama dengan tujuan yang sama, seperti kata iklan bersama gak harus sama,  satu hal tertinggi yang saya miliki, 2014.
Saya juga mengenal ujian, walau bukan saya yang mengalaminya. Tuhan seperti amat terlalu menyayangi saya, saya diberikan jalan untuk lebih memahami ujian-Nya, lebih berbagi dan memahami pada sekitar yang begitu dekat tapi tak dipedulikan, pada ujian yang datang dari-Nya atau pada ujian karena manusia itu sendiri. Tuhan seperti ingin mendewasakan saya, dengan caranya yang begitu sempurna. 
2014 juga banyak perjalanan, begitu banyak kesempatan yang membuat saya melangkah lebih jauh dari sebelumnya. Perjalanan menuju diri yang lebih memahami dan perjalanan menuju keluarga baru. Perjalanan yang Insya Allah akan lebih jauh lagi.
Keringat pun saya cicipi ditahun ini. Sebuah kisah klasik yang menjadi highlight 2014 saya, dunia kerja  ‘sesunggunya’.  Pengalaman menikmati getir dunia yang sesungguhnya. Bagian ini biarlah menjadi bagian tersendiri nantinya yang akan saya tulis.
Dan kesenangan. Di tahun ini saya bisa borong begitu banyak buku, menghabiskan keringat pertama dengan buku, membeli kesenangan!. Merayakan 20tahun umur saya, umur dewasa –katanya. Dan kesenangan yang paling luar biasa, pada akhir tahun, bisa datang ke konser SHEILA ON 7! Yey!! Ye! Yo!
2014, tahun yang menjadi kisah klasik untuk masa depan. Tahun yang akan dibanggakan. Tahun dimana saya menyadari, mulai mencari dan mulai memahami dengan pandangan yang baru. 2014 yang begitu berharga, tertinggi.
Bak kata SO7 dipenghujung konser dengan lagu kisah klasiknya, saya pun begitu, mungkin diriku masih ingin berada di 2014.
Terimakasih Tuhan, untuk 2014. Alhamdulillah, 2014
Bismillah.. 2015
written: jan 01, 2015 02.11 am - belajar buat ujian ^o^9