Showing posts with label Rindu. Show all posts
Showing posts with label Rindu. Show all posts

Friday, 4 March 2016

Wanna runaway with you

♬♪ Wanna runaway with you
Wanna runaway with you
.
Oh, i wish that we could touch the sky
Oh, i wish that we could never die
We can use our brush to paint the sky with our favorite colours
Oh, i wish the we could touch the sky


Wanna runaway with you
Wanna runaway with you


Hold our hand and choose our favorite meal
What looks bad it's not such a big deal
Walk along the city streets and talk about all crazy things
Trying to make all our dream come true


Wanna runaway with you

Wanna runaway with you


bagi ku kopi tak pernah tentang rasa, kopi selalu tentang emosi 
pun sama halnya dengan lari,
bagi ku lari tak pernah tentang olahraga, lari selalu tentang emosi,
semoga ada kesempatan saya untuk lari bersama mu,
emosi tak selamanya tentang amarah,
rindu pun bagian dari emosi

Wanna runaway with you...
  

Wednesday, 20 January 2016

Sabda rindu

Wahai malam kupanggil engkau bukan dengan rasa dendam
Lepaskan s'gala syair yang meredam
Maka bawalah salam penawar sendu

Kurindu lebih baik katakan apa adanya bila memang rindu
Kurindu, karena waktu takkan mampu berpihak pada perasaan yang meragu

Sunday, 27 December 2015

dari cahaya bulan des27

bulan lingkaran sempurna, diambil didepan rumah

bulan lingkaran sempurna yang terang itu kalau muncul, suka buat baper ya

Saya gak tau itu namanya bulan purnama atau apa, takut salah nyebut 'siklus bulan'. Bukan ahli falak soalnya, cuma berharap punya 'teman hidup' yang ngerti tentang ilmu falak, hihii

Salam, untuk bulan lingkaran sempurna terang yang lalu-lalu, 
semoga cahaya bulan menerangi jalan malam mu




Thursday, 24 December 2015

Candu merindu?

ada aja ya alasan buat rindu itu datang lagi. Lama-lama aku kecanduaan pula rindu sama kamu. Lihat senyum penyanyi favoritku rasanya kaya lihat senyum kamu. Ngeliat tempat itu baper tingkat keras langsung. Lihat seragam kaya kamu, haduuuh. Rasanya kok jarak dan waktu hal sepele saja ya? Haha

Padahal sebagai anak ekonomi regional, itu fokus masalah utama loh.


Friday, 20 February 2015

Apa kabar?

Terakhir kali aku bertemu denganmu, tepat 7 hari sebelum hariku. Ah, kau merusak bulan favoritku. Bulan hujan itu, bulan ceriaku sekarang punya sejarah pilu. Sekarang 141 hari telah berlalu, dan hari-hari itu berjalan fluktuatif. Terkadang aku begitu mengingatmu, terkadang aku bahkan lupa mengingatmu. Jika sedang mengingat, kau pun mampu membuat diriku berfluktuasi, kadang begitu pilu dan begitu bodoh dan begitu marah dan begitu tertawa, Haha.

Tidak, aku hanya merindukan saja.
Tidak pernah lebih. Kalaupun pernah, aku pun pernah mencoba agar sampai tidak pernah lebih daripada itu. Dan berhasil.

Aku menikmati seperti menjadi mainanmu, seperti anak sekolahan ingusan yang baru mengenal dunia kenal-mengenal pria. Aku mengingat kebodohan itu dan tertawa. Kau bersikap seolah aku terlalu abu-abu, dan kita tertawai kebodohanku. Dan aku menertawai keberpura-puraan bodohku padamu.

Tak ada, aku hanya mengingatmu di malam yang terlalu malam ini atau pagi yang terlalu pagi ini. Pukul 00 :34 sekarang. Tak ada yang terjadi pada kita, hanya mungkin aku memang seperti anak ingusan dihadapanmu. Hanya terdiam –kau hanya belum tau betapa tak bisa diamnya aku.
Akhir-akhir ini aku sering membaca prosa-prosa yang entah mengapa jika aku membacanya, maka yang teringat adalah engkau.


Apa kabar rindu?

Suatu hari, kita hanya diam. Sama-sama bungkam. Diantara kita tidak ada dendam. Namun jauh dibalik hatiku, ada duka bersemayam. Wajahmu yang biasanya punya ekspresi beragam kini hanya muram. Dan selalu muram.
Kita kadang masih melempar senyum. Tapi tak seikhlas dulu. Tak setulus waktu itu. Waktu kita tak hanya diam. Waktu kita menghabiskan waktu untuk saling bercerita. Waktu kita sering berdiri di lantai yang sama. Waktu kita obati duka dengan canda.

Rindu aku, dengan ekspresi wajah yang tak terpaksa.
Dengan senyum yang tak menyiksa.
Dan cerita yang murni, tanpa perisa.
–Ja(t)uh hal. 53


Kabar
Kelak disuatu senja kita akan berjumpa
Bola mata kita saling lekat menatap
Tanpa ada satu kata pun terucap

Kelak di suatu waktu kita akan bertemu
Aku masih ingat siapa namamu
Begitu juga kau mengenalku

Tapi mulut kita sama membisu
Kita mencipta kebekuan
Yang dulu sempat cair hanya dengan kata: 'Hai'
Atau, 'Apa kabar'
...................
Apa kabar?
–Ja(t)uh hal. 128

Saturday, 6 December 2014

.......

Ada rindu yang harus disampaikan. Ada tanya yang harus dijawab. Ada kata yang tak terungkapkan. Ada harapan yang selalu ada. Ada tangan yang ingin menjabat. Ada mata yang ingin bertemu. Ada tali jam yang ingin kuganti. Ada pena mahal yang harus dijaga. Ada pesanan yang harus dicatat. Ada kerileksan yang diinginkan, dalam kesulitan nafas ditengah situasi yang sesak. Ada kesuksesan yang ingin dicapai. Ada target yang harus dikejar. Ada harga pada tiap harinya. Ada komplein pada ketidaksempurnaan. Ada letih dalam tiap semangat. Ada senyum yang menenangkan. Ada tatapan yang mencekam. Ada diam dalam kecewa. Ada pelampiasan pada hirup rokokmu. Ada emosi dalam teguk minumanmu. Ada dirimu dalam lariku. Ada yang diuntungkan karena ada yang diperas. Ada sedikit pedas  dalam makanan yang kau pesan. Ada malam yang menentramkan. Ada bayangmu pada cermin yang kau tatap –dan dalam mata yang tak kau tatap. Ada langkah yang cepat. Ada langit yang memberi kedamaian. Ada kota yang penuh mimpi. Ada tawaran untuk sebuah pengembangan. Ada kebohongan untuk pengalaman. Ada pelajaran di setiap kesusahan. Ada ketidakadilan yang didiamkan. Ada kecurangan dalam sistem. Ada rasa, rasa-rasanya kenal. Ada aroma yang tak disuka. Ada orang asing yang dilayani. Ada kekakuan pada kehangatan. Ada perpisahan untuk tiap pertemuan, lantas akankah ada pertemuan untuk tiap perpisahan? 

Akankah ada pertemuan untuk ini?

Akankah rindu ini dirasakan? Akankah ada jawaban untuk tiap tanyaku? Akankah kata ini terungkapkan? Akan nyatakah harapan ini? Akankah tangan ini dijabat? Akankah mata itu ditemukan? Akankah tali jam mu digantikan? Masih adakah pena mahalmu? Akankah pesanan itu tercatat dengan benar? Akankah bisa rileks ditengah sesak? Akankah tercapai kesuksesan? Akankah tercapai target bulan ini? Akankah sesuai harga pada tiap harinya? Adakah kesempurnaan setelah komplein? Adakah penyemangat pada tiap letih yang terasa? Masih menenangkan senyumanmu? Adakah keberanian untuk menatap kembali tatapan itu? Apakah diam akan mengganti kecewamu? Adakah kau merasa terbebas setelah kau lampiaskan semua pada paru-parumu? Akankah minumanmu mampu menghapus dahaga emosimu? Akankah ku bisa berhenti berlari karenamu? Akankah keuntungan mengalir kepada yang diperas? Akankah kau berani memakan makanan yang sangat pedas? Akankah malam selalu menentramkan? Akankah kau lihat bayangmu selain dicermin? Akankah kau mengerti irama pada langkah yang cepat? Akankah kau rasakan damai langit ditempatmu? Adakah mimpi ku di kota itu? Akankah tawaran itu ditawarkan kembali? Akankah kebohongan itu menjadi pengalaman yang berharga? Harus susahkah untuk belajar? Mampukah berkata lantang memerangi ketidakadilan? Adakah sistem yang menghancurkan kecurangan? Adakah rasa ingin mengenal? Akankah aroma itu berganti? Akankah ia akan terus menjadi asing? Akankah kehangatan mencairkan kekakuan?

Akankah terbaca tulisan ini pada yang dimaksud?
Akankah ada pertemuan dalam keadaan yang lebih sukses?
Akankah pencarian dimulai? Atau biarkan takdir yang menyelesaikan?


–Entah karena saya tau anda tidak disini lagi atau karena anda tidak disini lagi saya jadi tau
06 Desember 2014,  04:19
64 hari berlalu

 

Tuesday, 7 October 2014

Tulisan rindu, bukan jatuh cinta

Ditemani 2 sachet energen vanilla pagi ini (03 Oktober 2014/01.38 a.m) dan ditemani (lagi) oleh  kabut asap yang sepertinya tiada hentinya walau sedikit berkurang. Sore tadi, bertemu dengan-mu. Lucu sekali saya menulis ini untuk kamu padahal –seharusnya- kamu adalah orang yang saya benci karena ketidakadilan kamu pada saya yang lucunya tak saya tuntut balik, entah karena saya malas menuntut kamu, atau saya tidak ada keberaniaan menuntut kamu.
Ketika (mungkin) kamu membaca ini mohon jangan geer saya menulis ini bukanlah sebagai perempuan yang sedang jatuh cinta pada mu, karena saya tidak pernah jatuh cinta pada mu. Saya menulis ini karena merindukan kamu. Tak bisaklah kita bertemu lagi?
Sebenarnya saya tak mau menulis ini, karena 2 atau 3 hari lagi ketika saya membaca ini pasti saya geli sendiri dengan tulisan ini. Tapi saat ini saya ingin sekali kamu tau tentang ini, saya ingin mengobati diri sendiri atas rasa rindu yang lucu ini. Saya sedang mengingat-ingat sepanjang-panjangnya tentang masa-masa itu , bukan masa-masa dengan mu, maksud saya masa-masa yang keras itu yang mana ada kamu dimasa itu -banyak sekali.

Pertama bertemu, kamu hangat, hari itu aku gugup sekali –hari pertama- terima kasih sudah membuat tertawa, kukira kamu sama, ternyata kamu yg memegang kendali disana, betapa tak menyangka dan malunya aku ketika mengetahuinya. Tak hanya kamu saja sebenarnya yang baik disana, ada banyak, tapi banyak pula yang saat itu jahat dan hanya kamu orang terdekat yang baik saat itu, jadi itulah mengapa aku merasa kamu yang paling baik. Lucu sekali jika mengingat kembali semuanya. Favoritku tentu saja -jika kau ingat- ketika aku melakukan kesalahan “besar”, ya ampun, kukira kau akan memarahiku, tapi lucunya kau malah membuatku rileks. Ada banyak lagi favoritku, dan lagi, lagi dan banyak lagi.

Kamu ceria, membuat kami –khususnya aku- ceria juga, awalnya. Namun menuju akhir, ini yang sangat “lucu” kamu berubah 180 derajat, kaku. Entah karena kamu kecewa, tapi kenapa harus kecewa jika ada orang yang akan menjadi lebih baik? Kamu tau sampai sekarang aku masih ingin menyanyakan langsung ke-kakuan mu itu, diam-mu itu, yang sepertinya menyimpan kecewa yang beramarah. Padahal seharunya aku yang marah, sudah kukatakan diparagraf pertama, kamu tak adil.

Ah! Se-“lucu” atau tepatnya Se-“aneh” apapun aku menulis ini, mempostingnya, berharap kamu akan membacanya, tapi pada akhirnya, kamu akan terbang, menuju pulau sebrang, dan segera aku akan merindukanmu. Semoga kita akan bertemu kembali dalam keadaan yang lebih sukses, dan dalam keadaan “masih bisa bernafas” Hahaaha. Serious, although the situation crowded like Jakarta, we gotta keep breathing right? Hahaa.


Terima kasih
Salam
Teroris


Wednesday, 28 August 2013

Kerinduan

Aku adalah jalan sepi
Aku ingin memanjat langit
Merangkul bulan dan bintang
Bertanya tentang kerinduan

Aku adalah hujan
Aku ingin mempersempit dunia
Mendekati karang dan laut
Bertanya dimana kau berada

Anak-anak Langit
Hal. 418