Showing posts with label Sastra. Show all posts
Showing posts with label Sastra. Show all posts

Thursday, 3 March 2016

Sendiri

Ia berlari. Mengejar sekawanan ombak yang terus menghantam karang. Padahal ia tahu, semua itu sia-sia. Entah lah, mungkin baginya tidak ada yang sia-sia. Atau mungkin baginya kesia-siaan punya makna tersendiri. Semacam keindahan, atau keteduhan jiwa

Karang-karang lalu diam. Menangis. Hanya satu kesadaran bahwa mereka memang dilahirkan untuk dihantamlah yang membuat mereka bertahan. Dan pahitnya, karang-karang itu harus menyaksikan Ia yang sedari tadi berlari. Pahit, karena itu tidak menjadi bagian dari kesadaran mereka.

Kalau kau punya kemauan yang kuat, katanya, semesta akan ikut mendukungmu. Bahu-membahu menyelaraskan inginmu itu dengan keadaan mereka, bereaksi sesuai apa yang kamu butuhkan. Tapi ia tak dimengerti oleh karang. Apalagi ombak yang arogan.

Maunya tidak terbaca. Ia memang tida bicara, sekedar berbisik pun tidak. “Rahasia”, batinnya.

Ia ingin mati tanpa hatus bunuh diri. Ia ingin pergi tanpa harus dicaci. Semua orang berkompetisi menaikkan harga diri, tapi Ia tak mau lagi. Dunia terlalu padat, ramai, sesak. Mungkin hanya di sini Ia bisa sendiri. Meski sebenarnya Ia tahu bahwa tiada seorang pun yang benar-benar sendiri.

-dalam Ja(t)uh

Sunday, 17 January 2016

Kemiskinan adalah kutukan bagi hati yang tidak sederhana
 Pramoedya Ananta Toer, Korupsi (hal. 82)


Sunday, 27 October 2013

Berjuta Rasanya



                Untuk kita, yang terlalu malu walau sekedar menyapanya, terlanjur bersemu merah, dada berdegup lebih kencang, keringat dingin di jemari, bahkan sebelum sungguhan berpapasan.

                Untuk kita, yang merasa tidak cantik, tidak tampan, selalu merasa keliru mematut warna baju dan pilihan celana, jauh dari kemungkinan menggapai cita-cita perasaan.

                Untuk kita, yang hanya berani menulis kata-kata dalam buku harian, memendam perasaan lewat puisi-puisi, dan berharap esok lusa ia akan sempat membacanya.
 
                Semoga pemahaman baik itu datang. Bahwa semua pengalaman cinta dan perasaan adalah spesial. Sama spesialnya dengan milik kita. Tidak peduli sesederhana apa pun itu, sepanjang dibungkus dengan pemahaman-pemahaman yang baik  (Berjuta Rasanya-Tere Liye)

Friday, 6 September 2013

Biru

Jika langit yang menemaniku tlah berubah
telah hilang bersama cahaya silau yang menyegat itu
menjadi jingga lalu kehitam-hitaman
lantas ku mulai berlari mencari birunya
berjalan aku,
berlari kearah yang tak berarah
mencari biru


ada sosok lain yang mengikutiku
ia terang, tapi tak menyilaukan
bahkan tak menyengat
ia cahaya yang redup tapi menyinari
kemanapun aku melangkah

tatkala aku terdiam, tersenyum kegirangan
berjalan cepat kearah yang kumau
kali ini kearah yang kumau
bersamanya, karna ia selalu ada untuk menerangi

berlalu selalu hari seperti ini
ketika biru tiada aku bersamanya
tak lama tapi
tapi ini terlalu lama untuk menyadari
kebodohan


cahaya redup tadi tak hanya menerangiku
tak hanya mengikutiku
tidak
cahaya redup tadi
bahkan tak pernah mengikutiku
akulah seorang bodoh
melepas keindahan biru
untuk cahaya yang semu



--oun
coretan pertama
sejak bertahun lalu

Saturday, 10 March 2012

dia


d i a
a novel by nonier
Publisher  Gagas Media


“ Bukankah memang begitu cinta seharusnya?
Membiarkan senyum untuk dia yang kita cinta meski diam-diam
memupuk sedih sangat bayak dalam hati. Dia yakin, seperti itulah cinta “

Awalnya aku tidak tertarik dengan novel ini, tidak berniat untuk membacanya. Karena aku yakin ceritanya hanya cerita cinta yang mudah ditebak, cerita standar. Aku hanya mengambilnya karena menyukai cover dari novel ini. Bagiku cover dari novel ini mempunyai suatu daya tarik. 
Aku membiarkan novel ini, tidak ingin membacanya. Tapi saat itu aku tidak bia tidur, dan program televisi tidak ada yang menarik bagiku, sedangkan malam semakin larut. Akhirnya kuputuskan untuk membaca beberapa buku. Buku ekonomi mikro yang baru kubeli dan novel ini yang kupilih untuk membantuku tertidur. Setelah cukup pusing membaca buku ekonomi mikro tetapi aku belum merasa ngantuk, akhirnya kupilih untuk membaca novel ini.
Dan akhirnya cerita ini dimulai ..

Friday, 13 January 2012

Tic Toc Quarter Life's Tale


 Beberapa kutipan yang aku kutip dalam novel berjudul :


Tic Toc Quarter Life's Tale
aku sangat suka keseluruhan novel ini, tapi hanya satu yang menurut aku gak pas. cover dari novel ini. seharusnya bisa leboh bagus. Awalnya aku menilai novel ini, novel cerita untuk anak-anak karena menilai dari segi covernya. Tapi setelah membaca novelnya, menurut aku bagus, dan bahasa penulisnya tidak kaku :) 
Dan ini beberapa kutipan, atau puisi mungkin yang aku suka dalam novel tersebut : 
 
  • Buat apa nonton bioskop? Sudah bayar mahal , nggak bisa ngobrol, gak bisa ke toilet tanpa ketinggalan scene, nggak bisa nonton pada jam yang diinginkan, bahkan nggakbisa di pause dan mengulang cerita kalau as bagian yang belum tercerna.
  • Malam boleh saja lelahTercarut-marut dalam larut
    Bias bahagia ternyata berbinar konstan
    Dalam hadirnya yang kusebut sahabat
  • Everybody have their own black book

Monday, 19 December 2011

Mencintai Langit

tolong ajari aku mengendalikan rindu
yang meliar bagai perdu dipadang hatiku.
cinta lama yang bertahun-tahun kutebas, sepertinya selalu menolak merangas.
akarnya yang keras menghunjam terlalu dalam menembus kelam tempat hasratku bersemayam.

tolong ajari aku menerjemahkan pahit
yang perih menggigit tiap mataku menatap langit kemana saja ku palingkan kepala dia selalu ada, menyungkup semesta.
kucintai birunya dengan cinta paling purba.
kudamba jingga senjanya dengan rindu tanpa jeda.
sementara kapal tetap saja membentang panjang, mengerus tahun-tahun lengang.

tolong ajari aku berhenti bermimpi
kini sebab padang hatiku jadi terlalu sunyi untuk kutinggali sendiri.
jemu menjamu sejoli pembunuh rindu -jarak dan waktu -
berharap mereka segera menerkamku dan mengakhiri kesia-siaan ini




Dari sebuah novel, lupa judulnya novel nya sudah hilang 
dulu waktu SMP beli di gramedia