Showing posts with label Kutipan rasa. Show all posts
Showing posts with label Kutipan rasa. Show all posts

Saturday, 12 March 2016

Kita berduka untuk diri kita sendiri, begitu kata ibuku; jangan kau perlihatkan kepada sekitarmu kepedihan hatimu  –Dari Rue Saint Simon ke Jalan Lembang, Nh. Dini

Thursday, 3 March 2016

Sendiri

Ia berlari. Mengejar sekawanan ombak yang terus menghantam karang. Padahal ia tahu, semua itu sia-sia. Entah lah, mungkin baginya tidak ada yang sia-sia. Atau mungkin baginya kesia-siaan punya makna tersendiri. Semacam keindahan, atau keteduhan jiwa

Karang-karang lalu diam. Menangis. Hanya satu kesadaran bahwa mereka memang dilahirkan untuk dihantamlah yang membuat mereka bertahan. Dan pahitnya, karang-karang itu harus menyaksikan Ia yang sedari tadi berlari. Pahit, karena itu tidak menjadi bagian dari kesadaran mereka.

Kalau kau punya kemauan yang kuat, katanya, semesta akan ikut mendukungmu. Bahu-membahu menyelaraskan inginmu itu dengan keadaan mereka, bereaksi sesuai apa yang kamu butuhkan. Tapi ia tak dimengerti oleh karang. Apalagi ombak yang arogan.

Maunya tidak terbaca. Ia memang tida bicara, sekedar berbisik pun tidak. “Rahasia”, batinnya.

Ia ingin mati tanpa hatus bunuh diri. Ia ingin pergi tanpa harus dicaci. Semua orang berkompetisi menaikkan harga diri, tapi Ia tak mau lagi. Dunia terlalu padat, ramai, sesak. Mungkin hanya di sini Ia bisa sendiri. Meski sebenarnya Ia tahu bahwa tiada seorang pun yang benar-benar sendiri.

-dalam Ja(t)uh

Wednesday, 27 January 2016

yang ada hanya kelabu


♬♪ Sepekan sudah tak hadir ia menemuiku
Mungkinkah matahari sedang sendu?


Pelukis langit lari terburu-buru
hingga dia lupa warna kuning dan biru
pelukis langit lari terburu-buru
hingga yang ada hanya kelabu

–Banda Neira, dalam Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti

Sunday, 27 October 2013

Berjuta Rasanya



                Untuk kita, yang terlalu malu walau sekedar menyapanya, terlanjur bersemu merah, dada berdegup lebih kencang, keringat dingin di jemari, bahkan sebelum sungguhan berpapasan.

                Untuk kita, yang merasa tidak cantik, tidak tampan, selalu merasa keliru mematut warna baju dan pilihan celana, jauh dari kemungkinan menggapai cita-cita perasaan.

                Untuk kita, yang hanya berani menulis kata-kata dalam buku harian, memendam perasaan lewat puisi-puisi, dan berharap esok lusa ia akan sempat membacanya.
 
                Semoga pemahaman baik itu datang. Bahwa semua pengalaman cinta dan perasaan adalah spesial. Sama spesialnya dengan milik kita. Tidak peduli sesederhana apa pun itu, sepanjang dibungkus dengan pemahaman-pemahaman yang baik  (Berjuta Rasanya-Tere Liye)

Wednesday, 28 August 2013

Kerinduan

Aku adalah jalan sepi
Aku ingin memanjat langit
Merangkul bulan dan bintang
Bertanya tentang kerinduan

Aku adalah hujan
Aku ingin mempersempit dunia
Mendekati karang dan laut
Bertanya dimana kau berada

Anak-anak Langit
Hal. 418

Friday, 13 January 2012

Tic Toc Quarter Life's Tale


 Beberapa kutipan yang aku kutip dalam novel berjudul :


Tic Toc Quarter Life's Tale
aku sangat suka keseluruhan novel ini, tapi hanya satu yang menurut aku gak pas. cover dari novel ini. seharusnya bisa leboh bagus. Awalnya aku menilai novel ini, novel cerita untuk anak-anak karena menilai dari segi covernya. Tapi setelah membaca novelnya, menurut aku bagus, dan bahasa penulisnya tidak kaku :) 
Dan ini beberapa kutipan, atau puisi mungkin yang aku suka dalam novel tersebut : 
 
  • Buat apa nonton bioskop? Sudah bayar mahal , nggak bisa ngobrol, gak bisa ke toilet tanpa ketinggalan scene, nggak bisa nonton pada jam yang diinginkan, bahkan nggakbisa di pause dan mengulang cerita kalau as bagian yang belum tercerna.
  • Malam boleh saja lelahTercarut-marut dalam larut
    Bias bahagia ternyata berbinar konstan
    Dalam hadirnya yang kusebut sahabat
  • Everybody have their own black book