Showing posts with label favorit. Show all posts
Showing posts with label favorit. Show all posts

Wednesday, 20 April 2016

bukan perahu kertas



dayung patah, bukan berarti tak bisa berlayar, coba menepi sejenak saja, tuk berpikir kemana kan berlayar

Friday, 4 March 2016

Wanna runaway with you

♬♪ Wanna runaway with you
Wanna runaway with you
.
Oh, i wish that we could touch the sky
Oh, i wish that we could never die
We can use our brush to paint the sky with our favorite colours
Oh, i wish the we could touch the sky


Wanna runaway with you
Wanna runaway with you


Hold our hand and choose our favorite meal
What looks bad it's not such a big deal
Walk along the city streets and talk about all crazy things
Trying to make all our dream come true


Wanna runaway with you

Wanna runaway with you


bagi ku kopi tak pernah tentang rasa, kopi selalu tentang emosi 
pun sama halnya dengan lari,
bagi ku lari tak pernah tentang olahraga, lari selalu tentang emosi,
semoga ada kesempatan saya untuk lari bersama mu,
emosi tak selamanya tentang amarah,
rindu pun bagian dari emosi

Wanna runaway with you...
  

Thursday, 3 March 2016

Sendiri

Ia berlari. Mengejar sekawanan ombak yang terus menghantam karang. Padahal ia tahu, semua itu sia-sia. Entah lah, mungkin baginya tidak ada yang sia-sia. Atau mungkin baginya kesia-siaan punya makna tersendiri. Semacam keindahan, atau keteduhan jiwa

Karang-karang lalu diam. Menangis. Hanya satu kesadaran bahwa mereka memang dilahirkan untuk dihantamlah yang membuat mereka bertahan. Dan pahitnya, karang-karang itu harus menyaksikan Ia yang sedari tadi berlari. Pahit, karena itu tidak menjadi bagian dari kesadaran mereka.

Kalau kau punya kemauan yang kuat, katanya, semesta akan ikut mendukungmu. Bahu-membahu menyelaraskan inginmu itu dengan keadaan mereka, bereaksi sesuai apa yang kamu butuhkan. Tapi ia tak dimengerti oleh karang. Apalagi ombak yang arogan.

Maunya tidak terbaca. Ia memang tida bicara, sekedar berbisik pun tidak. “Rahasia”, batinnya.

Ia ingin mati tanpa hatus bunuh diri. Ia ingin pergi tanpa harus dicaci. Semua orang berkompetisi menaikkan harga diri, tapi Ia tak mau lagi. Dunia terlalu padat, ramai, sesak. Mungkin hanya di sini Ia bisa sendiri. Meski sebenarnya Ia tahu bahwa tiada seorang pun yang benar-benar sendiri.

-dalam Ja(t)uh

Monday, 29 February 2016

Les balet

Tetiba ingat sama keinginan waktu kecil dulu. Ia dulu saya pengen banget les balet, bukan hanya les balet, mama saya bahkan janji masukin saya sekolah kepribadian, itu waktu SD kelas 1 kira-kira. Kami ngomonginnya sambil jalan kaki dari sekolah saya ke kantor mama. Saya bahkan masih ingat langkah kaki saya waktu kami membicarakan itu. Saya jalan di pembatas parit tak berarir, jalan dengan langkah kecil tangan terkembang jaga keseimbangan. Mama bilang “nanti ditanyainnya sama teman kantornya, kalau gak salah ada di gobah”. Gitu kata mama. Tapi pakai kalimat, “nanti kalau ada uang”, hahaha. Sekolah kepribadian sama balet kan lumayan mahal. Saya girang bukan main dijanjiin kaya gitu. 

Alhasil, sampai saya kelas 5 SD saya belum juga les balet atau sekolah kepribadian. Saya malah les mata pelajaran sekolah di salah satu bimbel daerah sukajadi. Ada teman les saya, namanya Tika, dia juga suka balet, jadi sebelum les kami sering nari-nari balet di depan kelas. Apalagi saya punya rok cantik yang sering saya pakai buat pergi les, jadi dengan rok cantik itu saya nari balet. Sempat sebel sama mama karena waktu itu saya dibawain susu kedelai, tapi susu kedelainya tumpah, terus basahin tas les plus rok cantik saya itu. Padahal mama baik kali, udah bawain saya susu kedelai hangat, favorit saya. 

Sampai sekarang, saya udah kuliah, saya belum pernah ikut les balet atau sekolah kepribadian. Mama pasti sedih belum jadi atau lebih tepatnya gak jadi nge-les-in saya balet atau masukin saya sekolah kepribadian.

Nanti kalau punya anak perempuan, saya pengen lesin dia balet, semoga dia suka dan mau ya. Mama saya dan saya pasti senang nanti kalau lihat dia nampil lagi nari balet. Waaaaaaa

Friday, 26 February 2016

Aku, dari Sore

ku merenung, ku merenung, kenali hati
ku melaju, ku melaju, menyelami hati
aku tahu siapa aku,
sebenarnya...
aku hanya seorang manusia
belaka...

 

ku merenung, ku merenung, kenali hati
ku terhanyut, ku terhanyut, menyelami hati
yang penuh, dengan kesalahan, dan kelemahan
di dalam diriku, yang penuh, dengan kegelapan
dan terang di dalam
diri dan jiwaku....

 

yang penuh
dengan kegelapan
dan terang di dalam
diri dan jiwaku....
yang penuh
dengan kegelapan
dan terang di dalam
diri dan jiwaku....

Wednesday, 24 February 2016

Melawan ragu = Berani maju

Jika anda ragu, lebih baik kembali

Yang peka pasti tau ini kalimat 'siapa'. Udah dua kali kalimat ini nampar gue telak-banget. Pertama ya ketika berani-beraniin dengan matang buat menjadi 'siapa' itu dan kedua sekarang.

Pertama gue bertekad menjadi 'siapa' tersebut, dengan prasyarat yang, yaelah udah kadarluasalah istilahnya, banyak orang kontra dengan yang gue lakukan tersebut, termasuk gue, walau gak sepenuhnya gue kontra, masih ada sisi lain diri gue yang pro. Dua sisi itu akhirnya menghaislkan keraguan, padahal udah jelas diperingatkan kalau ragu lebih baik mundur. Walau pada akhirnya gue mundur juga, tapi bukan karena rasa keraguan itu, mgukur diri dengan bayang-bayang alias kegiatan gue yang gak memungkinkan buat meneruskan menjadi 'siapa' itu akhirnya gue mundur. Mundur karena mengikuti kegiatan yang akhirnya menghasilkan keraguan yang kedua.

Jika ragu, lebih baik mundur

Ini kalimat datang lagi, gue ragu lagi dengan pilihan gue. Ah, banyakan ragu ni. Kalau kemaren gue berani-beraniin buat menjadi 'siapa' itu, sekarang gue bertanya berani-beraninya gue buat ikut ini kegiatan. 

Ragu-ragu lagi. 

Kalau ragu kapan maju?

Gue ikuti aja dulu ini kegiatan, pengen tau sampai mana ragu-ragu itu ngalahin gue. Dan Alhamdulillah sekrang gue berhasil ngalahin itu 'ragu-ragu'. Sekarang dengan hati yang mantap dan jiwa yang berani tanpa tanya gue siap buat segala konsekuensi yang bakal gue dapat. 

Manusia yang meragu untuk kebaikan takkan pernah maju.

Gak nyambung sih ini kutipan yang gue dapat pas searching buat kegiatan gue, tapi kalimat ini bener yang menghapus tuntas keraguan gue itu, serius.

"Berani untuk hutan bukan hanya sekedar slogan gagah-gagahan"


Tuesday, 16 February 2016

Berlari dan Tenggelam


Aku yang menatapnya di balik tirai jendela
Tersenyum di atas biru kita
Dia yang melambaikan tertahan nyata dan tanya
Mencoba hindari celah kita
Bersandar di batas tepi kita mencoba
Merengkuh imaji hati
Berlari dan tenggelam berselimut kabut angan
Bersembunyi di dalam tuk duduk berdampingan
Kita yang coba tuk menyentuh hati yang tak kunjung menjemput
Kita yang coba tuk hindari hati yang coba tuk mengaku
Berlari dan tenggelam
Berlari dan tenggelam berselimut kabut angan
Bersembunyi di dalam tuk duduk berdampingan
Berlari dan tenggelam
And i only share this smile with you
Yes i only share this smile with you
 
With you, with you, with you

Sunday, 31 January 2016

QS. An-Naml (62)

 

62. Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).
 

Wednesday, 27 January 2016

yang ada hanya kelabu


♬♪ Sepekan sudah tak hadir ia menemuiku
Mungkinkah matahari sedang sendu?


Pelukis langit lari terburu-buru
hingga dia lupa warna kuning dan biru
pelukis langit lari terburu-buru
hingga yang ada hanya kelabu

–Banda Neira, dalam Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti

Friday, 22 January 2016

Anak regional; menata

"Opa, kita ni anak regional. Jangan pandainya menata ruang wilayah aja, tapi harus pandai menata hati" 
–Ayu, anak regional yang sedang patah hatinya


 karna belum bisa aku menata hati, tata ruang dulu aja lah ya. Dan beginilah jadinya

antara jadi mahasiswi regional atau anak TK
for detail. *Terinspiarsi dari Museum Kata Andrea Hirata

Menata 'space' yang ada *keuntungan dari punya kamar kecil

bonus:
Thomas si Sadam, yang ternyata betina, si penunggu meja



salam dari orang yang sedang
proses menata hati,
selamat malam

Wednesday, 20 January 2016

Sabda rindu

Wahai malam kupanggil engkau bukan dengan rasa dendam
Lepaskan s'gala syair yang meredam
Maka bawalah salam penawar sendu

Kurindu lebih baik katakan apa adanya bila memang rindu
Kurindu, karena waktu takkan mampu berpihak pada perasaan yang meragu