Ditemani 2 sachet energen vanilla pagi ini (03
Oktober 2014/01.38 a.m) dan ditemani (lagi) oleh kabut asap yang sepertinya tiada hentinya
walau sedikit berkurang. Sore tadi, bertemu dengan-mu. Lucu sekali saya menulis
ini untuk kamu padahal –seharusnya- kamu adalah orang yang saya benci karena
ketidakadilan kamu pada saya yang lucunya tak saya tuntut balik, entah karena
saya malas menuntut kamu, atau saya tidak ada keberaniaan menuntut kamu.
Ketika (mungkin) kamu membaca ini mohon jangan
geer saya menulis ini bukanlah sebagai perempuan yang sedang jatuh cinta
pada mu, karena saya tidak pernah jatuh cinta pada mu. Saya menulis ini karena
merindukan kamu. Tak bisaklah kita bertemu lagi?
Sebenarnya saya tak mau menulis ini, karena 2
atau 3 hari lagi ketika saya membaca ini pasti saya geli sendiri dengan tulisan
ini. Tapi saat ini saya ingin sekali kamu tau tentang ini, saya ingin mengobati
diri sendiri atas rasa rindu yang lucu ini. Saya sedang mengingat-ingat
sepanjang-panjangnya tentang masa-masa itu , bukan masa-masa dengan mu, maksud
saya masa-masa yang keras itu yang mana ada kamu dimasa itu -banyak sekali.
Pertama bertemu, kamu hangat, hari itu aku
gugup sekali –hari pertama- terima kasih sudah membuat tertawa, kukira kamu
sama, ternyata kamu yg memegang kendali disana, betapa tak menyangka dan
malunya aku ketika mengetahuinya. Tak hanya kamu saja sebenarnya yang baik
disana, ada banyak, tapi banyak pula yang saat itu jahat dan hanya kamu orang
terdekat yang baik saat itu, jadi itulah mengapa aku merasa kamu yang paling
baik. Lucu sekali jika mengingat kembali semuanya. Favoritku tentu saja -jika
kau ingat- ketika aku melakukan kesalahan “besar”, ya ampun, kukira kau akan
memarahiku, tapi lucunya kau malah membuatku rileks. Ada banyak lagi favoritku,
dan lagi, lagi dan banyak lagi.
Kamu ceria, membuat kami –khususnya aku- ceria
juga, awalnya. Namun menuju akhir, ini yang sangat “lucu” kamu berubah 180
derajat, kaku. Entah karena kamu kecewa, tapi kenapa harus kecewa jika ada
orang yang akan menjadi lebih baik? Kamu tau sampai sekarang aku masih ingin
menyanyakan langsung ke-kakuan mu itu, diam-mu itu, yang sepertinya menyimpan
kecewa yang beramarah. Padahal seharunya aku yang marah, sudah kukatakan
diparagraf pertama, kamu tak adil.
Ah! Se-“lucu” atau tepatnya Se-“aneh” apapun
aku menulis ini, mempostingnya, berharap kamu akan membacanya, tapi pada
akhirnya, kamu akan terbang, menuju pulau sebrang, dan segera aku akan
merindukanmu. Semoga kita akan bertemu kembali dalam keadaan yang lebih sukses,
dan dalam keadaan “masih bisa bernafas” Hahaaha. Serious, although the situation crowded like Jakarta, we gotta keep breathing right? Hahaa.
Terima kasih
Salam
Teroris