Tuesday, 7 October 2014

Tulisan rindu, bukan jatuh cinta

Ditemani 2 sachet energen vanilla pagi ini (03 Oktober 2014/01.38 a.m) dan ditemani (lagi) oleh  kabut asap yang sepertinya tiada hentinya walau sedikit berkurang. Sore tadi, bertemu dengan-mu. Lucu sekali saya menulis ini untuk kamu padahal –seharusnya- kamu adalah orang yang saya benci karena ketidakadilan kamu pada saya yang lucunya tak saya tuntut balik, entah karena saya malas menuntut kamu, atau saya tidak ada keberaniaan menuntut kamu.
Ketika (mungkin) kamu membaca ini mohon jangan geer saya menulis ini bukanlah sebagai perempuan yang sedang jatuh cinta pada mu, karena saya tidak pernah jatuh cinta pada mu. Saya menulis ini karena merindukan kamu. Tak bisaklah kita bertemu lagi?
Sebenarnya saya tak mau menulis ini, karena 2 atau 3 hari lagi ketika saya membaca ini pasti saya geli sendiri dengan tulisan ini. Tapi saat ini saya ingin sekali kamu tau tentang ini, saya ingin mengobati diri sendiri atas rasa rindu yang lucu ini. Saya sedang mengingat-ingat sepanjang-panjangnya tentang masa-masa itu , bukan masa-masa dengan mu, maksud saya masa-masa yang keras itu yang mana ada kamu dimasa itu -banyak sekali.

Pertama bertemu, kamu hangat, hari itu aku gugup sekali –hari pertama- terima kasih sudah membuat tertawa, kukira kamu sama, ternyata kamu yg memegang kendali disana, betapa tak menyangka dan malunya aku ketika mengetahuinya. Tak hanya kamu saja sebenarnya yang baik disana, ada banyak, tapi banyak pula yang saat itu jahat dan hanya kamu orang terdekat yang baik saat itu, jadi itulah mengapa aku merasa kamu yang paling baik. Lucu sekali jika mengingat kembali semuanya. Favoritku tentu saja -jika kau ingat- ketika aku melakukan kesalahan “besar”, ya ampun, kukira kau akan memarahiku, tapi lucunya kau malah membuatku rileks. Ada banyak lagi favoritku, dan lagi, lagi dan banyak lagi.

Kamu ceria, membuat kami –khususnya aku- ceria juga, awalnya. Namun menuju akhir, ini yang sangat “lucu” kamu berubah 180 derajat, kaku. Entah karena kamu kecewa, tapi kenapa harus kecewa jika ada orang yang akan menjadi lebih baik? Kamu tau sampai sekarang aku masih ingin menyanyakan langsung ke-kakuan mu itu, diam-mu itu, yang sepertinya menyimpan kecewa yang beramarah. Padahal seharunya aku yang marah, sudah kukatakan diparagraf pertama, kamu tak adil.

Ah! Se-“lucu” atau tepatnya Se-“aneh” apapun aku menulis ini, mempostingnya, berharap kamu akan membacanya, tapi pada akhirnya, kamu akan terbang, menuju pulau sebrang, dan segera aku akan merindukanmu. Semoga kita akan bertemu kembali dalam keadaan yang lebih sukses, dan dalam keadaan “masih bisa bernafas” Hahaaha. Serious, although the situation crowded like Jakarta, we gotta keep breathing right? Hahaa.


Terima kasih
Salam
Teroris