Sunday, 17 May 2015

Semacam resensikah? - Kisah Muram di Restoran Cepat Saji


Kisah Muram di Restoran Cepat Saji.
Bamby Cahyadi.
Gramedia Pustaka Utama.
Desember 2012.
152 halaman
 ----------------------------------------------------------------------

M, saya tertarik dengan buku ini karena judulnya. Dengan pengalaman sekilas bekerja direstoran cepat saji, saya sangat setuju dengan judul buku ini. Kurang lebih itu adalah sedikit pengalaman berharga saya sepanjang hidup. Et, bukan pengalaman saya bekerja dan merasakan ‘muramnya’ restoran cepat saji yang akan saya tuliskan kali ini.

Saya baru mengenal nama Bamby cahyadi. Jadi setelah membaca judul bukunya saya menlihat profil penulisnya, dan hei! Lucu sekali kelahiran 70an, yang kira-kira kalau di‘kurs’kan dengan buku ini diterbitkan, berarti umurnya 42tahun, tetapi fotonya imut dengan kacamata dan jari ala checklist didagunya, ini foto bisakah saya katakan diambil 15tahun yang lalu? Hahaa. Untuk ukuran 40 tahun saya menilai (dari fotonya) pribadinya imut sekali. Yang paling lucu adalah ia adalah lulusan Hamburgerlogy saya baru tau ada jurusan itu. Oke judul menarik, penulisnya menarik, dan teman saya ketika akan membeli buku ini bilang resensi untuk buku ini juga menarik. Tak usah ditanya buku ini memang layak dibeli, bukan karena hanya lagi bazar dan mendapatkan buku ini dengan Rp.15.000 saja, saya ‘kena’ jackpot!. Ye.
Ha, kelimabelas cerpen yang ada dibuku ini saya suka semua, dan memberikan kesan dan sensasi dan pesan yang sulit saya katakan yang berbeda-beda. Jika ditanya favorit saya adalah “Malaikat yang mencintai senja”. Ada paragraf dimana ketika saya membacanya saya seperti sedang mendengarkan alasan anak kecil.


“Izrail, perlu kau ketahui, saya tak pernah melawan Tuhan! Saya hanya mengusulkan pada-Nya agar warna langit Bumi hanya satu warna, warna senja, lalu Tuhan menolak, dan saya meminta untuk diturunkan ke Bumi. Karena saya mencintai senja!”

saya sedang tidak mencari pesan dari cerpen ini. Saya hanya ingin mengulang sensasi ketika pertama kali membaca cerpen ini. Seorang malaikat yang rela turun ke bumi karena mencintai senja. Bisa gak saya bertemu Tareq? Saya mau nanya, dia gak shalat maghrib? Hehee (oke, salah fokus). Saya ingin bertanya makna senja sama seperti saya ingin bertanya pada coldplay a sky full of stars seperti apa yang membuatnya rela terus disakiti.

Lalu “Sebongkah batu es yang merindu”. Ah, ketika membaca ini saya masih merindukan seseorang yang berkaitan dengan buku ini. Tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan, hehe.
Aku ingin menangis, tapi ada daya, aku pun tak berdaya. Kita berdua saat itu hanya sepasang kanak-kanak bodoh yang terjebak di keremangan senja jalanan San Fransisco yang sunyi berbaur bising raungan sirene mobil-mobil polisu mengejar penjahat jalanan. Tidak ada yang memperhatikan kita, tidak ada yang peduli terhadap nasib kita yang kelaparan. Kurasa waktu itu kau mulai membeku. Selayak batu es. Aku saksikan itu. Ya, aku saksikan.

“Yo, apakah kamu merasa sangat dingin?” tanyamu memandangku. Aku mengangguk. Dan pertanyaan itu adalah kalimat terakhir yang kudengar darimu.

Lalu mereka berdua membeku, dan terpisah. Yang membuat cerita ini menarik dan memberi sensasi bagi saya ketika bagian terakhirnya.
“Apakah itu kamu Tere?”

Anda tentu saja harus membacanya untuk mengerti bagian terakhir itu.

“Angka sepuluh”. Apa yang harus saya ketik disini. Saya sampai sekarang tidak mengerti maknanya, atau ini karena penulis terinspirasi dari waktu ia menulis 10-10-10. Tapi ini bagi saya adalah teka-teki menarik, ketika ia mulai menyukai angka 10. Hei, padahal kita satu selera awalnya sama-sama menyukai angka 9. Si angka 9 ini (sebutan dari saya untuk si aktor cerita ini) kurang lebih hampir saya samakan dengan Ray dalam Rembulan tenggelam diwajahmu. Cuma kayanya si angka 9 ini lebih brengsek, hahahaa. Brengsek?

Kisah muram di restoran cepat saji. Saya yakin si penulis menulis in karena sudah tau ‘suasana’ di restoran cepat saji. Dan saya setuju. Cerpen ini memberitahukan anda, ada begitu banyak kemirisan dibalik makanan sedap yang anda nikmati di restoran cepat saji itu. Dan salah satunya diceritakan dalam cerpen ini.

Maaf, saya tak berniat menceritakan isi buku ini pada anda. Sayang, jika buku ini saya ceritakan pada anda, karena lebih baik anda membacanya semuanya sendiri, yaaa! Karena saya baik hati tidak ingin membuat anda rugi, anda akan mengerti kalau membacanya.