kla·sik 1 a mempunyai nilai atau mutu yg diakui dan menjadi
tolok ukur kesempurnaan yg abadi; tertinggi
Seperti itu gambaran ringkas saya untuk segala kisah saya yang terjadi
pada 2014. Ah.. 2014. Sungguh saya masih mengingat dengan jelas bagaimana saya
memulai tahun tersebut, biasa saja, ruang kamar, riuh kembang api komplek dan dari
Mall dekat rumah, alunan lagu biasa. Tak ada pesta, hanya ada jagung rebus saat
itu. Awal yang biasa untuk tahun yang begitu sangat tidak biasa, tahun klasik
saya. Ada begitu banyak kisah yang begitu bernilai, ada begitu banyak kata yang
saya pelajari, manusia yang saya kenal, kejadian yang.. terjadi, rasa yang
berjuta, pemahaman, pencarian makna. Ah, banyak sekali.
Kabut asap, orang-orang baru, akademis, politik, bola, organisasi, derita,
kerja, pertemanan, kesenangan, pelajaran, diri....... 2014 yang begitu..
klasik.
2014 lalu diawali kota yang tertutup kabut kerakusan, entah mengapa saya
baru menyadari –setelah 19tahun menghirup udara kota ini– bahwa negeri ini
penuh dengan kesesakan kepentingan para orang tamak, sampai udara pun harus dibayar begitu
mahal. Dipedulikan ketika telah termegap-megap. Negeri yang kaya? Haha.
Orang-orang asing, yang malah tak asing. Menjadi begitu berpengaruh,
orang asing yang tak tau nama atau wajah, hanya melalui kata tapi mengajarkan
begitu banyak. Memberi semangat yang terkadang bahkan orang dikenal saja tak
bisa berikan. Terimakasih atas segalanya. Kita yang masih mengenal ataupun
masih menjadi sama-sama asing. Terima kasih. Saya percaya tidak ada kebetulan
didunia ini, tidak ada hal acak yang tak berpola, Tuhan pasti merencanakannya.
Di 2014, Alhamdulillah nilai akademis meningkat dari yang gak diyakini
bakal meningkat, dari yang satunya hanya bergabung pada satu lembaga saja,
sekarang bertambah satu lembaga besar. Dari hanya mengikuti satu kepanitian,
lalu bertambah menjadi satu kepanitian besar lagi. Kedua-duanya, dua lembaga
dan dua kepanitian itu, memberikan kehangatan, pemahaman –yang pasti tidak akan
ditemukan pada ruang kelas–, pengenalan, tanggung jawab, dan pasti membukakan
pandangan saya yang selama ini hanya melihat dunia dari apa katanya, terjun langsung dan menjadi saksi bahwa tidak ada
dunia yang begitu.. begitu baik-baik
saja seperti yang saya pikirkan –dulu. Perasaan menggebu-gebu, idealisme. Kekuasaan,
kepentingan, mekanisme, alur-alur yang diatur, lalu dibungkus rapi agar
terlihat baik-baik saja. Sungguh
melihat atau tak sengaja terlibat dalamnya, bukan hanya sekedar mendengar
‘katanya-katanya’ atau hanya membaca cerita-ceritanya di buku.
2014 adalah tahun yang hangat bagi saya. Di
tahun ini saya mulai memahami arti pertemanan sesungguhnya. 2014, Tuhan
mengabulkan doa saya Dekatkanlah saya
dengan orang yang dekat pada-Mu dan orang-orang yang mendekatkan saya pada-Mu.
Bisa menikmati hari-hari bersama orang yang menjadikan saya lebih baik, dengan
segala perbedaan suku, agama, pemikiran, perbedaan-perbedaan lainnya, tapi
bersama dengan tujuan yang sama, seperti kata iklan bersama gak harus sama, satu
hal tertinggi yang saya miliki, 2014.
Saya juga mengenal ujian, walau bukan saya
yang mengalaminya. Tuhan seperti amat terlalu menyayangi saya, saya diberikan
jalan untuk lebih memahami ujian-Nya, lebih berbagi dan memahami pada sekitar
yang begitu dekat tapi tak dipedulikan, pada ujian yang datang dari-Nya atau
pada ujian karena manusia itu sendiri. Tuhan seperti ingin mendewasakan saya,
dengan caranya yang begitu sempurna.
2014 juga banyak perjalanan, begitu banyak
kesempatan yang membuat saya melangkah lebih jauh dari sebelumnya. Perjalanan
menuju diri yang lebih memahami dan perjalanan menuju keluarga baru. Perjalanan
yang Insya Allah akan lebih jauh lagi.
Keringat pun saya cicipi ditahun ini. Sebuah
kisah klasik yang menjadi highlight 2014 saya, dunia kerja ‘sesunggunya’. Pengalaman menikmati getir dunia yang
sesungguhnya. Bagian ini biarlah menjadi bagian tersendiri nantinya yang akan
saya tulis.
Dan kesenangan. Di tahun ini saya bisa borong
begitu banyak buku, menghabiskan keringat pertama dengan buku, membeli
kesenangan!. Merayakan 20tahun umur saya, umur dewasa –katanya. Dan kesenangan
yang paling luar biasa, pada akhir tahun, bisa datang ke konser SHEILA ON 7!
Yey!! Ye! Yo!
2014, tahun yang menjadi kisah klasik untuk
masa depan. Tahun yang akan dibanggakan. Tahun dimana saya menyadari, mulai
mencari dan mulai memahami dengan pandangan yang baru. 2014 yang begitu
berharga, tertinggi.
Bak kata SO7 dipenghujung konser dengan lagu
kisah klasiknya, saya pun begitu, mungkin diriku masih ingin berada di 2014.
Terimakasih Tuhan, untuk 2014.
Alhamdulillah, 2014
Bismillah.. 2015
written: jan 01, 2015 02.11 am - belajar buat ujian ^o^9