Namun Mendut-ku, mendut-ku, memang arif orang tuamu memberi nama mendut padamu. Wahyuni pun melihat betapa masih mendut-mendut dirimu, masih mengambang, mencari bentuk. Akan kuiringi kau, Anakku sayang, sebagai wakil orang tuamu yang pastilah merindukan kau juga saat ini dan serba prihatin mengambang juga antara yang pasti dan yang belum tentu. Tetapi sekali saat kamu akan menemukan batinmu, jati-dirimu, prono-mu. Sekali peristiwa Mendut-ku akan bersua dengan pemenhan dambaan-dambaanmu, Dewa Kamajayamu, wayahmu, citramu
– Y.B. Mangunwijaya, Roro Mendut, Novel sejarah, Gramedia, hal. 52.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mendut berarti masih mengambang, bimbang untuk mencari
bentuk. Sedangkan prono mempunyai arti batin, jati-diri. Citra berarti dambaan,
gambaran dan bayangan. Nah bukankah pada suatu saat pada dalam mecapai
citra-citra atau bayangan, atapun jati diri kadang-kadang kita dalam keadaan
mengambang tak menentu, kadang-kadang ke sana kadang kemari?