Tuesday, 10 November 2015

Surat Cita

Selamat pagi Ibu. Saya tidak tau ketika Ibu membacanya saat siang atau sore, tapi selamat pagi punya magis –memberi semangat. Semoga selamat pagi ini memberikan Ibu semangat, semangat menjadi Ibu negara, tak peduli walau sebentar lagi Pak SBY harus menajdi mantan presiden. Ibu tenang saja, katanya tak akan pernah ada yang namanya mantan Ibu, Ibu akan tetap menjadi Ibu negara, Ibu dari bangsa ini beserta Ibu-Ibu lainnya, dan sebentar lagi saya akan menyusul Ibu menjadi Ibu negara ini. Menjadi Ibu negara tak harus mempunyai seorang suami presiden kan Bu? Seorang wanita yang merawat negara ini, peduli, mengurusi dan bertindak untuk negara ini ia juga pantas dipanggil Ibu negara kan Bu?
Ibu, doakan saya untuk menjadi Ibu negara yang baik untuk negara ini. Katanya doa dari Ibu adalah doa yang pasti dikabulkan Allah. Walau bukan Ibu kandung, Ibu tetap Ibu sayakan? Ibu dari jutaan anak negara ini. Ibu, doakan saya suatu hari nanti ketika saya menjadi Ibu negara saya akan menjadi Ibu yang super bagi anak bangsa ini. Ibu yang akan peduli pada semua anak bangsa ini, tak peduli dia dari kalangan mana. Saya ingin mendongengkan mereka Bu, seperti Ibu kandung yang mendongengkan anaknya. Mungkin itu hal sepele, tapi entah kenapa sekarang hal semacam itu sudah mulai ditinggalkan Bu, ya sama seperti budaya menulis dan membaca. Saya juga ingin menanamkan kembali budaya menulis dan membaca pada mereka, supaya mereka mengenal dunia, supaya mereka mengenal diri mereka, supaya mereka dikenal dunia.

Doakan aku Bu, supaya suatu hari nanti aku aku bisa menggapai citaku menjadi Walikota Pekanbaru. Tapi aku akan tetap menjadi Ibu negara, bukan Ibu Kota kan Bu?  Doakan aku Bu, saat aku menjadi Walikota aku mampu mensejahterahkan kota kecil ku ini. Menjadi adil, juga sekaligus menjadi Ibu dari anak-anak kota ini, membesarkan mereka, memberikan mereka kehidupan yang bahagia, kesehatan yang ‘murah’, fasilitas belajar yang memadai, perpusatakaan, taman, suasan kota yang aman, nyaman, bebas asap. Oya Bu, aku juga ingin memperbaiki transportasi umum kotaku ini, aku ingin masyarakat lebih suka naik transportasi umum, supaya mereka berinteraksi, tidak individualis selain itu bisa mengurangi macet dan polusi. Sekarang dikotaku cuma ada Trans Metro, kalau Ibu berkunjung ke kotaku aku akan mentraktir Ibu naik Trans Metro ke Pustaka Wilayah, itu tempat favoritku Bu.

Ibu, aku suka melihat Instagram Ibu, Ibu suka bunga ya? Bunga favoritku bunga Bugenvil. Bugenvil, walau tak diberi perhatian khusus ia tetap bisa memberikan keindahan dari bunga-bunganya yang warna-warni, ia tetap bisa berbunga walau orang tak terlalu memperhatikannya, tak meyiramnya. Aku ingin menjadi Ibu negara seperti bunga Bugenvil, ia akan tetap memberi manfaat bagi orang-orang, memberikan keindahan bagi orang-orang walau tak diperhatikan orang lain atau bahkan diabaikan. Aku ingin seperti Bugenvil Bu, aku ingin menjadi Ibu negara yang tulus merawat negara ini,  membesarkannya dan menjadikan negara ini negara yang dibanggakan, negara yang hebat.

Doakan aku Bu, doakan aku bisa membantu Ibu menjadi Ibu negara, merawat negara ini.

Salam,
Ospa
Calon Ibu negara & Walikota Pekanbaru

Surat itu dibuat tanggal 20 bulan Mei 2014. Dengan surat itu pertama kalinya saya ikut lomba di kampus saya, lomba Menulis Surat Cinta Untuk Ibu Negara. Surat itu saya buat malam, sekitar jam 11 malam kurang, ditengah niat gak jadi mau ikut lomba, karena.. ternyata ada syaratnya, yaitu dengan tema: Jika aku menjadi Ibu negara. Sempat malas buatnya, tapi selesai juga setelah shalat Isya, langsung kebuat begitu aja. Entah karena pesertanya dikit, jadi bisa jadi juara 3, hehee.

Setahun lebih sudah berlalu, rasanya saya ingin merevisi surat saya itu. Jika Bu Ani berkenan. Saya tak lagi mau jadi Walikota Bu. Semenjak jadi suatu kepanitian di kampus, sedikit banyak saya sudah melihat dan mengalami sendiri politik sesungguhnya. Sayang, yang saya lihat sisi jeleknya Bu. Saya kira proses politik itu mulus-mulus aja, bersih, berjalan lurus, salah adalah salah, dan benar adalah benar, ternyata bukan begitu. Dalam politik hal salah sah saja dilakukan walau tujuannya baik. Semua hal curang, entah kenapa bisa diperhalus sehingga bisa dipaksa untuk diterima. Ini baru politik kampus, apalagi politik diluar sana ya Bu?

Belum lagi bagi-bagi jabatan dalam politik. Saya kira dulu orang yang memiliki ‘jabatan’ itu dipilih karena memang handal dibidang itu, tapi ternyata.. tidak ya Bu. Bisa saja orang yang mendapat ‘jabatan’ itu dipilih karena mereka ‘segolongan’ walau tak mengerti tentang bidang yang akan diselaminya.

Untuk mendapatkan ‘jabatan’ kita harus mempunyai kapal katanya Bu. Tapi saya bukan tipe orang yang suka naik kapal Bu. Saya lebih suka naik rakit, tak ada peralatan canggih, mungkin saya akan menjelalajah hanya dengan kompas, atau dengan rasi bintang saja. Saya lebih suka jatuh, terombang-ambing dalam rakit saya, jatuh karena kesalahan saya. Saya tak mau diatur oleh kapten kapal bu, saya tak suka jadi awak kapal, walau lebih aman naik kapal dan tentu sangat besar kemungkinan sampai pada tujuan. Tapi ketika naik kapal banyak pertauran yang harus ditaati, saya juga tidak tau ada kongkalingkongkah  kapten kapal dengan bajak laut, atau dengan petugas pabean.

Saya teringat kata-kata Pram Bu, dalam Bumi Manusia, “Berbahagialah dia yang makan karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri”. Saya mau maju karena saya pernah jatuh karena kesalahan saya sendiri bu. Muluk banget gak sih bu? Saya ingin jadi manusia bebas bu, seperti kata Pram lagi bu, dalam Bumi Manusia nya “Sahaya hanya ingin jadi manusia bebas, tidak diperintah, tidak memerintah, bunda”. Bisakah jadi seperti itu Bu? Tentu untuk salah dan benarnya saya berpedoman pada agama yang saya yakini bu, berdasarkan Al-Quran. Walau masih belajar bu, kadang masih saja melanggar.

Saya mau mengganti cita-cita saya bu. Saya tak punya kapal, dengan rakit rasanya sulit sekali untuk menjadi Walikota Bu. Saya ingin menjadi pekerja saja bu, di perusahaan swasta, yang membutuhkan sifat profesionalisme. Saya ingin kerja sebaik-baiknya, lalu menabung, beli tanah yang luas. Buat jadi petani sayuran organik. Kasihan orang kota dengan hidup ditengah situasi yang ‘crowded’ pasti butuh gizi yang tinggi. Kalau saya sudah cukup mapan disisi finansial, dan pengalaman saya pengen berhenti kerja dengan hormat, lalu ngembangin usaha pertanian organik saya, sambil serius sama taman baca, tetap pengen mengajarkan dan belajar budaya membaca, menulis dan bercerita untuk anak-anak, terutama anak yang hidup di kota.

Bukannya saya pengen pilih kasih dengan anak kota dan anak desa bu. Tapi saya merasa punya ikatan batin dengan kota. Kota selalu menarik, punya sisi magis untuk saya. Saya ingin hidup di kota bu. Kota adalah hiburan juga kehidupan bagi saya. Sesibuk, sebising atau sememuakkan apapun, saya sayang kota bu. Munafik kalau saya gak butuh suasana alam yang sulit didapat dikota. Nah, saya akan luangkan waktu untuk menjelajah alam bu. Mendaki misalnya, atau backpacking ke tempat entah dimana, suasana alam bebas ataupun ke suasana kota lagi, ya kota. Banyak hal yang bisa kita nikmati, pelajari dari kota, atau hal yang harus ditolong dari kota.

Bagaimana dengan transportasi ya bu? Saya serahkan aspirasi saya pada pemerintah untuk menyediakan transportasi umum yang baik. Tapi tak mungkin saya tak bertindak, hanya menyuruh pemerintah saja pandainya? Tentu tidak. Saya akan memulai dengan diri sendiri naik transportasi umum. Anak-anak juga saya ajarkan juga naik transportasi umum, bukan baca-tulis aja. Kalau usaha saya besar, dana CSR-nya buat transportasi umum, misal perbaikan fasilitasnya, supaya orang nyaman naik transportasi umum, kalau bisa nambah armada transportasi umum. Wah kalau gitu, harus besar ya usaha saya bu?

Kalau pikiran saya saat ini salah, biarin aja bu, jangan terlalu dinasehati, maklumlah, 20tahun. Katanya umur peralihan, menggebu-gebu, terlalu idealisme, belum tau pahit dunia, terlalu drama pula katanya, semuanya juga sok mau dilakukan, katanya gitu. Nah kalau gitu, biar aja pas umur 20an keatas saya belajar lagi dengan perspektif yang berbeda. Setidaknya jangan rusak mimpi saya dulu bu dengan nasehat, tapi awasi saya ya bu, dijaga, sekalian dan disemangatin. Gak ada salahnya kan bercita-cita alias bermimpi seperti itu? Semua dimulai dari impian kan?.

Oya saya lupa nanya, Ibu suka naik ‘kapal’ atau ‘rakit’?

 written: 21 may, 2015