Monday, 10 March 2014

Negeri Tanpa Langit? -Kabut Asap!-

Apakah kau yakin negeri ini masih dibawah  langit? Apakah kau yakin negeri ini masih mempunyai awan? Apakah kau yakin negeri ini masih memutari matahari? Apa kau yakin? 
......................................................................................................................................................

                Halohahah sodara-sodara. Seperti judulnya, saya tidak hiperbola mengatakan negeri ini tanpa langit, tanpa awan. Toh memang benar, seperti itulah keadaan di negeri ini sekarang. Kurang lebih hampir 2 bulan negeri ini seperti ini. Tak ada siang, tak ada pagi semuanya sama saja. Matahari yang biasanya begitu bersemangat  menyinari negeri ini bahkan kalah oleh tebalnya kabut. Jadi wajar saja kalau negeri ini tak lagi berawan, dan langit tak lagi terlihat birunya ataupun lengkungannya. Bintang? Ah apalagi ia, malam begitu seram akhir-akhir ini, apalagi kalau perusahaan negara yang memonopolikan listrik itu melakukan pemadaman, kau bagaikan akan memasuki ‘dunia lain’.  

                Kalau waktu kecil kau berpura-pura memasuki asap saat orang tua mu membakar sampah agar merasa seperti ‘Jin’ yang keluar dari asap, maka negeri ini seperti itulah sekarang. Jutaan jin sedang beraktifitas menyambung hidupnya didalam asap, didalam negeri ini. Terperangkap. 

                Ulah siapa? Apakah ulah ‘jin’ juga? Tentu bukan. Saya rasa Jin tidak sejahat itu, menyebabkan satu negeri ini tidak mendapatkan udara sehat, Oh maaf saya lupa memberitau sodara sekalian, udara disini, menurut parameter pengukur udara sudah BERBAHAYA! Jadi, menurut saya yang melakukannnya pastilah yang lebih kejam dan licik dari Jin. Iblis? Ya Iblis, siapa lagi, Iblis beserta kroni-kroninya.   
 
               Sejauh ini, ‘aparatur’ negeri ini hanya mampu menangkap ‘jin-jin jahat’ saja, masih belum berani menangkap Iblisnya. Saya rasa mereka sudah tau siapa Iblisnya, namun Iblis itu ‘mungkin’ dilindungi Iblis juga. Sesusah apa sih mengetahui ‘Iblis sebenarnya’. Yang dibakar jelas-jelas adalah lahan, tanah, kempemilikannya jelas bung! 

                Kalau dari dulu pemerintah berani, tegas dan ‘BERSIH’ bencana ini tidak akan datang (lagi). Toh ini seperti bencana tahunan.  Masih mending bencana banjir, yang buang sampahnya kebanyakan masyarakat yang tidak peduli, yang kena dampaknya masyarakat itu juga, ya walau masyarakat yang peduli banyak yang kena imbas juga. Tapi bencana kabut asap ini? Yang merusak jarak pandang, gangguan pernafasan, menganggu waktu bermain anak-anak, ‘peliburan’ aktifitas belajar-mengajar di sekolahan, (dan ya! Barusan gue mendengarkan pengumuman perpusatakaan UR bakal tutup 3 hari karena asap! Pas banget~ What the..!!) *apa tadi yang mau gue tulis? Udah kesal banget ini. Haduh!!* Yang melakukan pembakaran ini bukan masyarakat negeri ini, keuntungannya pun bukan untuk masyarakat negeri ini. Ah! Aneh sekali, minyak diatas, minyak dibawah, tapi malah ‘ini’ yang membawa bencana besar untuk negeri ini. Dianugerahi alam yang kaya dan aman, tak berpotensi tsunami maupun gempa. Memang, bencana yang besar adalah kebodohan, kerakusan. Menguras tanpa memikirkan!.
 


(Beranian Ikhsan memang daripada gue., Yang saking geramnya gak bisa ‘bermain’ ngirim surat protes kabut asap ke Presiden!)

                Aparatur, percuma kalian membuat hujan uang itu, hujan yang menghabur-hamburkan uang, Hujan buatan. Hanya menyelesaikan masalah 1-2 hari. Berharap titik api akan padam, tapi malah membuat kabut lebih tebal. Tak bisakah kita lebih tegas lagi? ‘Memadamkan’ si ‘Iblis-iblis’ itu?

                Saya tidak tau lagi harus menulis apa, hanya berdoa, berharap semoga esok matahari akan kembali terik, semoga esok awan akan berjalan –menari cantik dibawah langit yang terlihat jelas, menurunkan airnya untuk negeri ini, semoga esok cahaya bintang tak akan lagi mau kalah oleh kabut asap bngst ini, semoga esok.. aparatur negara lebih berani, tegas dan jujur? Semoga..


POTRET KEADAAN PEKANBAR






----------------------------------------------------------------------------------------


Bagian penting garing nan baik :
  • Gegara kabut asap, gue terpaksa pakai masker yang menurut gue malah buat gue sesak napas, tapi gak apa, masker gue mirip sama masker abang vespa, menjadi pertanda: Kami jodoh!! Muahhaaa jadi semangat makai maskernya, Nyiahahaaa.
  • Mungkin ini gue yang aneh, gue suka ngerasa cowok yang makai masker (kaya masker abang vespa dan gue, Muahaha) itu, ganteng kelihatannya. Jadi gegara asap semakin banyak saja cowok ganteng betebaran, Hahahaa. Padahal dulu paling yang pakai Cuma pengendara semacam bang vespa, atau para pembuat grafiti atau ..
  • Gegara asap, gue tau kalau ngerasa ada kupu-kupu diperut itu belum tentu pertanda jatuh cinta, toh teman gue pas mau bagiin masker aja dia gugup sampai ngerasa ada kupu-kupu diperutnya. Gak mungkinkan dia jatuh cinta pada acara pembagian masker pertama? *kode: pea*
  • Gegara asap, yang sering diberitain di stasiun televisi, pas gue chatting setidaknya mereka sudah tau dimana Pekanbaru (Sumatra bukan Kalimantan) dan gegara asap, ada pertanyaan baru selain ‘How are you?’ yaitu ‘Kamu tahan kena asap?’
  • Gegara asap, gue jadi nulis yang serius, Walau ujung-ujungnya ada hal yang gak serius nan menggaringkan ini, Muahahahahaaa


------SUMBER------
Dokumen Pribadi
www.twitter.com/infoPKU
http://www.dw.de/asap-di-riau/g-17463005
www.tribunnewspekanbaru.com/