Monday, 3 March 2014

Dialog senja hari - Perempuan?

Sodara-sodara, "sodara-sodara"? gue kenapa sekarang kebiasaan manggil sodara-sodara ya? serasa jadi aktifis gue, aktifis lagi ngajak demo habis tu dapat nasi. Haduh, bentar lagi blog gue di hack ni kayanya, maaf kaka-kaka & abang-abang aktifis, saya tidak bermaksud, saya hanya ingin memberi saran, jangan terlalu serius ngurusi kesalahan orang sehingga membuat diri kalian sendiri melakukan kesalahan kepada orang tua kalian yang telah mengidam-idamkan anaknya jadi sarjana.
Ini kenapa jadi gini ya? Gue mau nulis apa tadi

Baiklah sodara, seperti judulnya, ini menceritakan dialog gue sama teman gue yang kami lakukan di tempat empek-empek dekat pustaka wilayah, di senja hari. 
Dimulai dari gue mesan empek-empek dilanjutkan teman gue ngasuh kuah empek-empeknya ke gue karena dia gak suka sama kuah empek-empek tapi tetap suka makan empek-empek. Hari itu hari sabtu, karena senja hari berarti gue udah selesai kuliah makanya gue sama dia bisa kesana. Empek-empeknya enak sodara-sodara dan murah, dan dekat dengan pustaka dan bisa nongkrong lama-lama, cuma gak dapat minum gratis, adanya aqua gelas, mahal--"
Sudah, ini dari tadi entah apa yang gue ketik.

Jadi, sambil makan empek-empek, seperti biasa gue ceritain apa yang terjadi hari ini padanya, pertama cuma buat ngisi kekosongan hati waktu supaya kami gak diam-diam aja atau dia malah sibuk bicarain korea, lebih baik gue yang bicara.
 
Gue     : L, tadi dosen aku nanya arti nama aku dan .... 
L         : Apa arti nama mu?


Hening. Dia temanan sama gue berapa tahun? Arti nama gue gak tau  Gue jadiin empek-empek juga nanti.
 
Gue   : Itu  singkatan harapan gitu L, (gue sebutlah artinya) terus satu lagu artinya Oktober sembilan empat,tapi katanya jadi double oktober gitu, udah oktober di ospa, oktober di oktafia. Tapi gak mungkin aku sebut yang (gue sebutlah arti satu laginya ke dia). Harusnya nama aku biasa aja ya, kaya putri misalnya, kan gak perlu ditanya apa artinya. Putri itu artinya apa? 
L          : Perempuan. Emang mu perempuan?
Ngik. Gue diam. Teman gue makan empek-empek
 
Gue nanya sama diri sendiri, belum cukup perempuan emangnya gue sekarang? Apa perlu gue cari definisi perempuan di KBBI supaya tau jawabannya. Ini kenapa rasanya gue di skak mat ya. Jadi gimana emangnya perempuan? Pakai rok tiap hari gitu? Haduh, ini dialog bukan? Dialog sama diri gue sendiri jadinya. Di jalan yang seringnya gue pakai buat berdialog sama diri sendiri daripada perhatiin lalu lintas, gue nanya sendiri, jawab sendiri. 
Hm, sebenarnya kalau ditanya jika bisa memilih gue milih jadi laki-laki atau perempuan, jawaban gue gak akan kaya Fitri Tropica yg menjawab “bukan masalah kita ini apa, karena kita adalah khalifah blablaa” gue belum sebijak itu. Gue mungkin milih jadi laki-laki, gue suka kemejanya, pola pikir mereka, ‘gaya sosial’ mereka tapi gue masih ‘suka’ kok sama mereka, gue masih suka boneka, gue gak pakai baju laki-laki kok, gue pakai baju yg sifatnya unisex, bukan baju cowok, gue juga kadang pakai baju perempuan. 

Gue tau sebenaranya pertanyaan teman gue standar aja, ngapa gue bawa ribet. Cuma jika banyak orang-orang yang bertanya hal ‘standar’atau remeh itu, apalagi teman sendiri, gue jadi bingung sendiri. Masa hal kaya gitu aja ditanya, gimana dengan mereka yang benar-benar ‘seolah’ cowok? Gue jadi pengen nanya sama teman gue yang ‘seolah’ cowok itu.
Haduh shakespeare, apa lu bilang? Apalah arti sebuah nama?