Showing posts with label coretanku. Show all posts
Showing posts with label coretanku. Show all posts

Tuesday, 9 November 2021

menjadi orang tua, untuk anak dalam diri

Di dalam diri kita, ada karakter orang tua dan anak. Kita yang menginginkan yang terbaik untuk diri kita adaah orang tu dan kita yang tidak bisa mengontrol diri kita adalah anak.

Barangkali, sebelum menjadi orang tua yang baik bagi anak dari keturunan kita dan pasangan, ada baiknya kita berusaha menjadi orang tua yang terbaik untuk anak dalam diri kita.

Friday, 4 March 2016

Untuk teman,

Hei, halo
Apa kabar? Hahaaha, ingat gak, dulu aku selalu bilang menanyakan kabar adalah hal basi yang paling basi. Tapi kali ini aku serius menanyakan kabar mu? Apa kabar, teman?. Dulu mana pernah ku tanyakan kabar mu, tiap hari kita ketemu. Sekarang jangankan bertemu, komunikasi saja kita sudah sangat jarang. Tidak, tidak ada yang sombong diantara kita, kau tak pernah sombong walau tak ada lagi menemuiku, pun aku takkan pernah berniat sombong padamu walau tak pernah lagi mencarimu.

Ingat dulu gak? Tiap ada aku pasti ada kamu, tiap hari begitu. Ketawa bersama, pergi makan bersama, belajar bersama, bosan bersama, ngerumpi, lasak, ngomentarin ini itu, nyanyi, gila-gilaan, kesal-kesalan, ketawa lagi, saling ngadu tentang segalanya, entahlah banyak lagi, yang buktiin kalau kita dulu selalu bersama-sama. Dulu selalu berpikir apa jadinya hari aku tanpa ada kamu, sekarang?

Sekarang kita tidak lagi melakukan semuanya bersama. Perlahan-lahan kita mulai sibuk dengan dunia kita sendiri, dunia kita tak lagi sama.  Jika dulu masalah kita adalah masalah bersama, sekarang kita punya maslah sendiri-sendiri yang tak bisa kita bagikan bersama lagi. Kita tetap tertawa, tapi tak tertawa bersama lagi. Sibuk dengan dunia yang lain membuat kita sibuk dengan yang lain juga.

Dulu, saat kita bersama aku selalu menghitung-hitung apa yang akan membuat kita tak akan bersama lagi? Hanya kematian mungkin, tak mungkin ada yang lain. Rasanya, kita akan menggapai cita-cita kita yang tak sama itu bersama-sama. Tapi nyatanya untuk menggapai cita kita punya jalan sendiri ternyata, jalan yang tak sama. Pilihan kita membuat kita tak bisa bersama lagi.

Teman, seberapa sibuknya kita dengan dunia kita, seberapa sulitnya kita untuk bertemu, seberapa jarangnya kita berkomunikasi karena sibuk dengan manusia yang baru, kau tetap selalu temanku. Bukan teman untuk masa yang lalu, teman tak pernah mengenal waktu, yang ada mungkin teman memang tak melulu selalu bersama selamanya. Kejarlah cita mu, jalani pilihan hidupmu, yang kini tak lagi ada hadirku, aku akan selalu menyayangimu, menyemangatimu, mendoakanmu, dan berusaha membanggakanmu. Apa yang kita lakukan dulu takkan pernah tergantikan oleh yang baru. Ku harap kita selalu bahagia dengan dunia baru kita, ku harap tak ada dari kita yang saling melupakan.

Aku akan selalu menunggu perjumpaan kita, yang jarang tapi selalu dinanti. Akhirnya kita bisa saling merindu, setelah bertahun bersama selalu.


Teman, adalah hal terbaik yang pernah kumiliki, selama hidupku selama masaku,

walau, tak mungkin selamanya, selalu berdekatan, selalu beriringan,

terhalang jarak dan waktu, untuk bicara, tertawa dan bercanda,

Tumpahkan kekesalan menangis saat ku putus cinta,

Aku mau teman selamanya –ten2five

Wednesday, 9 April 2014

Biru


Biru.
Bagiku warna selalu biru.
Ya, seperti Tegar yang selalu mengatakan, baginya hari selalu pagi.
Seperti itulah. Bagiku warna selalu biru.
Bukan berarti aku buta warna, tidak. Aku masih mengenali lampu charge baterai laptopku, bewanarna orange.
Sama seperti tegar, yang merasakan semangat baru di pagi
Aku pun begitu, merasakan mantra menenangkan pada biru.
Biru itu selalu ada, seperti langit yang selalu ada, meski disini langit sering disembunyikan oleh kabut, kabut asap. Biru itu juga selalu terdengar, seperti suara deburan ombak di birunya laut, padahal disini, dikotaku tidak ada laut, tapi setidaknya aku pernah melihat birunya laut, mendengar suara biru laut.
Biru itu juga selalu menenangkan –menyegarkan, seperti rumput yang sering kupijak di kampusku, yang sering dipangkas hingga mengeluarkan aroma yang menyegarkan –wangi rumput yang baru dipotong. Iya aku tau, rumput itu bewarna hijau, sudah kukatakan aku tidak buta warna bukan? Tapi aku ini keras kepala, bagiku warna selalu biru. Tidak masuk diakal. Peduli apa aku, toh ini ba-gi-ku.
Biru itu selalu menerimaku, menemaniku, memerdekakanku, ya itu yang dirasakan ketika aku melihat langit, biru. Kau tau, menurut ku aku dan langit punya radar seperti kugy dan keenan. Radar yang bisa membuat langit mengetahui apa yang kupikirkan, kurasakan. Iya, seperti mengadu pada langit, lalu langit akan memberikan respon menenangkan-ku, lalu seolah memerdekakanku dari berbagai hal yang sulit dideskripsikan.
Cinta? Merah jambu?
Kebanyakan orang melambangkan cinta dengan warna merah jambu. Namun bagiku, biru adalah warna cinta. Kau tau kenapa biru? Itu panjang ceritanya.
Bagiku, biru adalah bagian vital dari kehidupan. Sama seperti urat nadi yang biru, yang bersembunyi dibalik kulit kecoklatanku.
Untuk biru, Terima kasih wahai Sang Maha Pencipta.

Tuesday, 31 December 2013

Goodbye and Thank you 2013


Huaaaa!! Gak nyangka masih jomblo aja besok sudah 2014 aja. Siapa pula yang mempercepat waktu ini, rasanya perasaan baru kemaren melepas tahun 2011 didepan rumah bareng aulia ngeliat kembang api sambil si aulia melihat sang gebetannya dengan teganya lewat begitu saja bersama seorang wanita di tengah malam, TENGAH MALAM PULANG BARENG PEREMPUAN, Oh man! Gue ketawa keras saat itu, menit awal buat aulia adalah melihat sang gebetan pulang tengah malam bersama wanita, tapi sialnya tahun itu si aulia malah punya pacar dan gue yang jomblo, Shhhhit!. And now for welcome 2014, i’m just laying in my bed, no bonfire, no BBQ party, no firework and no boyfriend. Gue merasa udah mau dewasa aja, maka karena mau umur 20 di 2014 gue bakal menyambut 2014 dengan cara yang dewasa pula, yaitu tidur dengan James Blunt. Eh, maksud gue tidur sambil dengerin lagu James Blunt looh-..-