Bersyukur,
mudah banget di ucapin tapi susah banget buat di terapin ke kehidupan.
Terkadang kita udah punya ini itu lihat orang lain atau teman yang punya
sedikit lebih dari kita buat kita lupa akan banyak hal yang kita punya, sifat
iri. Pernah gak lihat sepatu teman keren banget diyakinin bermerk dan pasti
mahal banget, mungkin berlembar-lembar uang ratusan ribu lebih harganya, buat
kita lupa kita juga punya sepatu walau tak sebagus amat. Diluar sana bahkan
banyak yang gak punya sekedar alas kaki sederhana seperti sandal jepit, atau
bahkan gak punya kaki buat dipasingin sebuah sepatu.
Bersyukur,
terkadang kita tersadar tetapi mudah sekali melupakan rasa syukur itu kembali.
Banyak hal yang bisa membuat kita tersadar kembali, tapi kita malah sibuk fokus
pada hal yang membuat rasa itu jauh dari kita. Membandingkan punya orang yang
lebih baik, entah itu pakaian orang lain, kendaraan orang, rumah atau gadget
orang lain yang sering terlihat dengan mudah saat ini. Padahal diluar sana, tak
usah jauh melihat pasti ada disekitar kita yang apa yang dia punya lebih
sedikit dari yang kita punya. Kita saja yang tak mau melihatnya, ya bagaimana
sempat kita melihat mereka karena kita sibuk melihat orang yang lebih dari kita
saja.
Kalaulah
merasa tak ada yang di bawah kita, merasa kita paling kurang dalam segalanya
disekitar kita, Apakah dunia yang kau dilihat sebegitu kecilnya? Padahal
sedikit saja, sebentar saja kau mencoba melihat kebawah, masih banyak jutaan
manusia yang kehausan tak ada air, bahkan air kotor sekalipun, kelaparan karena
tak ada yang bisa dimakan, walau sekedar bangkai atau makanan basi, mati
kedinginan karena tak ada atap atau kayu lapuk yang menghangatkan. Tidur
beralas tanah dingin atau aspal dan semen dingin jalanan berselimut langit
gelap yang telah tak mempunyai bintang lagi.
Banyak
hal yang bisa kita syukuri, air yang kita buang-buang dengan borosnya, makanan
yang kita perlakukan bak sampah, kendaraan yang kita gunakan, yang membuat kita
tak perlu berjalan, gadget ya walau
hanya bisa untuk berkomunikasi secara sederhana, berkirim pesan singkat dan
menelpon atau ditelpon, pendidikan yang kita acuhkan, kita pandang sangat remeh
karena bukan tempat yang kita inginkan, atau karena melihat teman yang
mempunyai tempat pendidikan yang lebih WAH.
Ini di Pekanabru, di depan Gubernuran/Rumah Gubernur Riau |
Jikalah
kau berjalan, jangan hanya perhatikan jalanmu, atau kendaraan-kendaraan mewah
dan pengumudi kaya yang kau perhatikan. DI kiri, kanan atau depanmu, anak-anak
yang syukur berseragam sekolah sedang menjual koran, mengamen dibawah terik
matahari atau dalam bias lampu jalanan ditemani dengan polusi kendaraan. Atau
orang tua renta memungut botol atau gelas yang kau habisi isinya tadi, dengan
karung ya syukur kalau berat berisi karena dengan itu mereka akan menguyah
mulut mereka. Lihatlah sekitarmu jikalau kau keluar malam bersama teman atau
orang yang kau istimewakan itu semakin ramai saja orang mencari nafkah dimalam
hari, semakin banyak saja orang yang tergeletak lelah di trotoar jalan atau di
semen dingin emeperan toko. Berselimut sarung atau seringnya hanya baju
merekalah sellimutnya. Jikalau kau pergi di pagi, lihatlah ditempat sampah,
orang yang mencari cari sisa nasi yang telah dibuang, menahan bau demi
melanjutkan hari esok.
Kita
yang masih bisa menikmati pendidikan, diluar sana masih banyak orang yang ingin
sepeti kita, berseragam, memegang buku, belajar di tempat yang ruangannya tak
bocor atau hampir roboh. Masih banyak orang yang ingin melanjutkan pendidikan
namun apa daya tak ada dana yang bisa melanjutkannya, mengharap bantuan? Entah
kapan akan tibanya, maka bekerjalah mereka entah masih sekecil apa mereka saat
itu entah pekerjaan apa saja kan mereka lakukan.
Kita
yang hidup di negara damai, tak ada tank-tank tentara yang sibuk merusuh,
menimbulkan ketakutan, tak ada tembakan-tembakan yang terus menerus membunuh,
bom yang membuat mayat pun tak dikenali lagi oleh saudaranya, harusnya lebih
bisa bersyukur, peduli pada sesama, bukan hanya melihat kebawah tetapi membantu
yang dibawah.
--
Sebagaimanapun keadaanmu, diluar sana masih banyak yang berharap menjadi kamu,
disana, didalam dirimu sebagaimana pun menyedikan kamu pasti masih ada yang bisa
disyukuri.
Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Al Baqarah:286)