Thursday 17 October 2013

Bersyukur - Mudah tapi Sulit

                Bersyukur, mudah banget di ucapin tapi susah banget buat di terapin ke kehidupan. Terkadang kita udah punya ini itu lihat orang lain atau teman yang punya sedikit lebih dari kita buat kita lupa akan banyak hal yang kita punya, sifat iri. Pernah gak lihat sepatu teman keren banget diyakinin bermerk dan pasti mahal banget, mungkin berlembar-lembar uang ratusan ribu lebih harganya, buat kita lupa kita juga punya sepatu walau tak sebagus amat. Diluar sana bahkan banyak yang gak punya sekedar alas kaki sederhana seperti sandal jepit, atau bahkan gak punya kaki buat dipasingin sebuah sepatu.

                Bersyukur, terkadang kita tersadar tetapi mudah sekali melupakan rasa syukur itu kembali. Banyak hal yang bisa membuat kita tersadar kembali, tapi kita malah sibuk fokus pada hal yang membuat rasa itu jauh dari kita. Membandingkan punya orang yang lebih baik, entah itu pakaian orang lain, kendaraan orang, rumah atau gadget orang lain yang sering terlihat dengan mudah saat ini. Padahal diluar sana, tak usah jauh melihat pasti ada disekitar kita yang apa yang dia punya lebih sedikit dari yang kita punya. Kita saja yang tak mau melihatnya, ya bagaimana sempat kita melihat mereka karena kita sibuk melihat orang yang lebih dari kita saja.

                Kalaulah merasa tak ada yang di bawah kita, merasa kita paling kurang dalam segalanya disekitar kita, Apakah dunia yang kau dilihat sebegitu kecilnya? Padahal sedikit saja, sebentar saja kau mencoba melihat kebawah, masih banyak jutaan manusia yang kehausan tak ada air, bahkan air kotor sekalipun, kelaparan karena tak ada yang bisa dimakan, walau sekedar bangkai atau makanan basi, mati kedinginan karena tak ada atap atau kayu lapuk yang menghangatkan. Tidur beralas tanah dingin atau aspal dan semen dingin jalanan berselimut langit gelap yang telah tak mempunyai bintang lagi.

                Banyak hal yang bisa kita syukuri, air yang kita buang-buang dengan borosnya, makanan yang kita perlakukan bak sampah, kendaraan yang kita gunakan, yang membuat kita tak perlu berjalan,  gadget ya walau hanya bisa untuk berkomunikasi secara sederhana, berkirim pesan singkat dan menelpon atau ditelpon, pendidikan yang kita acuhkan, kita pandang sangat remeh karena bukan tempat yang kita inginkan, atau karena melihat teman yang mempunyai tempat pendidikan yang lebih WAH.








Ini di Pekanabru, di depan Gubernuran/Rumah Gubernur Riau




                Jikalah kau berjalan, jangan hanya perhatikan jalanmu, atau kendaraan-kendaraan mewah dan pengumudi kaya yang kau perhatikan. DI kiri, kanan atau depanmu, anak-anak yang syukur berseragam sekolah sedang menjual koran, mengamen dibawah terik matahari atau dalam bias lampu jalanan ditemani dengan polusi kendaraan. Atau orang tua renta memungut botol atau gelas yang kau habisi isinya tadi, dengan karung ya syukur kalau berat berisi karena dengan itu mereka akan menguyah mulut mereka. Lihatlah sekitarmu jikalau kau keluar malam bersama teman atau orang yang kau istimewakan itu semakin ramai saja orang mencari nafkah dimalam hari, semakin banyak saja orang yang tergeletak lelah di trotoar jalan atau di semen dingin emeperan toko. Berselimut sarung atau seringnya hanya baju merekalah sellimutnya. Jikalau kau pergi di pagi, lihatlah ditempat sampah, orang yang mencari cari sisa nasi yang telah dibuang, menahan bau demi melanjutkan hari esok.

                Kita yang masih bisa menikmati pendidikan, diluar sana masih banyak orang yang ingin sepeti kita, berseragam, memegang buku, belajar di tempat yang ruangannya tak bocor atau hampir roboh. Masih banyak orang yang ingin melanjutkan pendidikan namun apa daya tak ada dana yang bisa melanjutkannya, mengharap bantuan? Entah kapan akan tibanya, maka bekerjalah mereka entah masih sekecil apa mereka saat itu entah pekerjaan apa saja kan mereka lakukan.

                Kita yang hidup di negara damai, tak ada tank-tank tentara yang sibuk merusuh, menimbulkan ketakutan, tak ada tembakan-tembakan yang terus menerus membunuh, bom yang membuat mayat pun tak dikenali lagi oleh saudaranya, harusnya lebih bisa bersyukur, peduli pada sesama, bukan hanya melihat kebawah tetapi membantu yang dibawah.


-- Sebagaimanapun keadaanmu, diluar sana masih banyak yang berharap menjadi kamu, disana, didalam dirimu sebagaimana pun menyedikan kamu pasti masih ada yang bisa disyukuri. 

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Al Baqarah:286)