Saturday 6 December 2014

.......

Ada rindu yang harus disampaikan. Ada tanya yang harus dijawab. Ada kata yang tak terungkapkan. Ada harapan yang selalu ada. Ada tangan yang ingin menjabat. Ada mata yang ingin bertemu. Ada tali jam yang ingin kuganti. Ada pena mahal yang harus dijaga. Ada pesanan yang harus dicatat. Ada kerileksan yang diinginkan, dalam kesulitan nafas ditengah situasi yang sesak. Ada kesuksesan yang ingin dicapai. Ada target yang harus dikejar. Ada harga pada tiap harinya. Ada komplein pada ketidaksempurnaan. Ada letih dalam tiap semangat. Ada senyum yang menenangkan. Ada tatapan yang mencekam. Ada diam dalam kecewa. Ada pelampiasan pada hirup rokokmu. Ada emosi dalam teguk minumanmu. Ada dirimu dalam lariku. Ada yang diuntungkan karena ada yang diperas. Ada sedikit pedas  dalam makanan yang kau pesan. Ada malam yang menentramkan. Ada bayangmu pada cermin yang kau tatap –dan dalam mata yang tak kau tatap. Ada langkah yang cepat. Ada langit yang memberi kedamaian. Ada kota yang penuh mimpi. Ada tawaran untuk sebuah pengembangan. Ada kebohongan untuk pengalaman. Ada pelajaran di setiap kesusahan. Ada ketidakadilan yang didiamkan. Ada kecurangan dalam sistem. Ada rasa, rasa-rasanya kenal. Ada aroma yang tak disuka. Ada orang asing yang dilayani. Ada kekakuan pada kehangatan. Ada perpisahan untuk tiap pertemuan, lantas akankah ada pertemuan untuk tiap perpisahan? 

Akankah ada pertemuan untuk ini?

Akankah rindu ini dirasakan? Akankah ada jawaban untuk tiap tanyaku? Akankah kata ini terungkapkan? Akan nyatakah harapan ini? Akankah tangan ini dijabat? Akankah mata itu ditemukan? Akankah tali jam mu digantikan? Masih adakah pena mahalmu? Akankah pesanan itu tercatat dengan benar? Akankah bisa rileks ditengah sesak? Akankah tercapai kesuksesan? Akankah tercapai target bulan ini? Akankah sesuai harga pada tiap harinya? Adakah kesempurnaan setelah komplein? Adakah penyemangat pada tiap letih yang terasa? Masih menenangkan senyumanmu? Adakah keberanian untuk menatap kembali tatapan itu? Apakah diam akan mengganti kecewamu? Adakah kau merasa terbebas setelah kau lampiaskan semua pada paru-parumu? Akankah minumanmu mampu menghapus dahaga emosimu? Akankah ku bisa berhenti berlari karenamu? Akankah keuntungan mengalir kepada yang diperas? Akankah kau berani memakan makanan yang sangat pedas? Akankah malam selalu menentramkan? Akankah kau lihat bayangmu selain dicermin? Akankah kau mengerti irama pada langkah yang cepat? Akankah kau rasakan damai langit ditempatmu? Adakah mimpi ku di kota itu? Akankah tawaran itu ditawarkan kembali? Akankah kebohongan itu menjadi pengalaman yang berharga? Harus susahkah untuk belajar? Mampukah berkata lantang memerangi ketidakadilan? Adakah sistem yang menghancurkan kecurangan? Adakah rasa ingin mengenal? Akankah aroma itu berganti? Akankah ia akan terus menjadi asing? Akankah kehangatan mencairkan kekakuan?

Akankah terbaca tulisan ini pada yang dimaksud?
Akankah ada pertemuan dalam keadaan yang lebih sukses?
Akankah pencarian dimulai? Atau biarkan takdir yang menyelesaikan?


–Entah karena saya tau anda tidak disini lagi atau karena anda tidak disini lagi saya jadi tau
06 Desember 2014,  04:19
64 hari berlalu

 

Saturday 29 November 2014

Tak hanya sekecil itu?!

Menganggu, semuanya menggangu. Perkataanmu, kebijakan engkau, tindakan para bedebah, pikirannya, hinaan si bang bangsat. Memuakkan semuanya. Atau saya yang lebih memuakkan?

Antara malu dan muak. Atas dasar apa kau merendahkan seseorang karena jabatannya? Atas dasar apa kau meremehkan seseorang karena pekerjaannya? Apa kau telah berubah menjadi bangsat?. Saya malu karena kau orang yang sudah kuanggap abang sendiri, tak peduli kau anggap aku apa, hanya junior yang tak mau nurut. Malu, ternyata pikiran kau sekecil itu, sehina itu. Tak kusangka pemikiran kau layaknya pemikiran seorang bedebah. Asal kau tau, tentu begitu mudah bagiku, untuk mendapatkan sebuah jabatan yang menurut kau akan ada apa-apanya karena jabatan ku sekarang tak ada apa-apanya, sudah ada tawaran, tentu kau tau tawaran itu. Tapi bukan itu yang ku kejar, bukan jabatan, aku bukan sedang membangun jejak politik. Bukan jabatan yang kuperlu, bukan jabatan yang ku kejar agar manis track record ku nanti. Lebih dari itu, sebuah pelajaran, sebuah kehangatan kekeluargaan, kebebebasan melihat dari sudut pandang mana saja dan lebih dari itu sebuah tanggung jawab. Sampai sekarang ingin sekali ku bentak kau, menyuruh kau agar menghina semua babu yang ada didunia ini, lalu melihat kau memuja orang yang tinggi jabatannya, kau puji sajalah -contohnya Presiden, lalu kau hina tukang sapu dipinggir jalan atau pemulung yang bajunya tak berganti-ganti. Akankah kau lakukan itu? Hinalah staff ini lagi, bangsat.

Andai orang lain yang berkata seperti ini tentu saja aku akan maklumi, banyak orang yang tak tau apa-apa karena mungkin setiap bertanya jawaban yang didapatnya hanya kau tak tau apa-apa, andai orang-orang seperti itu yang tak tau apa-apa –dan tak mau tau apa-apa– itu yang berkata indak den pikian do, tapi sekali lagi, ini sungguh kau bang yang berkata, hasil dari berdebat karena bedanya sudut pandang kita terhadap kebijakan pemerintah menaikan BBM.

Bagiku kebijakannya tepat, betapa banyak brengsek yang mendapatkan kembali -bahkan lebih- pajak yang mereka bayarkan hanya dari subsidi bahan bakar untuk mobil mewah mereka. Aku tau yang kau pikirkan domino effect kebijakan ini terhadap rakyat tak mampu, pemerintah menawarkan solusi blablablaa seperangkat kartu sakti, bagiku tugas kita adalah mengawasi alokasinya, awasi seberapa efektif kartu-kartu itu, awasi pemerintah boneka kita itu, karena bagiku kebijakannya sudah tepat, haruskah kita turunkan pemimpin karena kebijakannya benar? Menurut ku tidak, kecuali kebijakannya benar, tapi implementasinya salah. Sekarang apa sudah ada bukti implementasinya salah? Kita awasi jangan sampai itu terjadi. Tapi yang kau kata? Aku sok pro? Tempe saja aku masih nawar. Cukup sudah, aku tak tau apakah bisa lebih rendah lagi penilaianku terhadap kau, tapi menurutku sudah tidak bisa, itu peniaian terendah yang pernah kuberikan pada orang.

Lain lagi, saya tak suka ucapan beliau. Setidaknya kita harus turun, kita harus aksi, kita kan mahasiswa, kalau ngurus surat atau kepanitian anak SMA  juga bisa. Sekecil itukah pikirannya? Atau pikiran saya salah?. Kita aksi karena kita mahasiswa. Kita harus aksi. Haha.

Bagi saya jikalau saya harus aksi, saya tentu harus tau apa yang saya aksi-kan? Apa dasarnya? Apa tidak ada cara lain? Saya paham permasalahannya. BUKAN HANYA KARENA IKUT-IKUTAN, BUKAN HANYA BERGERAK DENGAN PEMIKIRAN KOSONG. Itu artinya, jikalau saya ingin ikut aksi, saya harus tau persoalannya, dasarnya. Bagaimana seperti aksi sebelumnya, apakah saya harus ikut aksi ketika saya setuju? Bukankah saya hanya menjadi seorang munafik disana?

Boi, bagi saya, saya masih ingin mencari jalan lain, untuk membangun negeri ini. Bukan berarti aksi itu salah. Saya setuju, apalagi aksi yang damai –tapi lucunya sekarang aparat kemananlah yang membuat sebuah gerakan aksi menjadi tidak damai, keparat bukan?– aksi yang tujuannya untuk kesejahteraan rakyat, untuk negeri ini menjadi lebih baik. Tak peduli saya telah menjadi mahasiswi, lalu setidaknya saya harus ikut sebuah aksi atas dasar karena mahasiswa itu adalah agent of change?. Selama saya tidak mengerti persoalan dan dasarnya, bertentangan dengan pemikiran saya, berlawanan dengan waktu kewajiban saya yang lain, saya tak akan turun aksi. Bagi saya agent of change itu luas, aksi bukan satu-satunya jalan menjadi agen perubahan untuk bangsa ini. Kuliah yang benar, memahami materi kuliah, mengimplementasinya dengan benar, berbakti pada orang tua, mengabdi pada negara dalam bentuk banyak hal, bahkan menjadi bagian dari kepanitian itu bisa menjadi beberapa jalan untuk menjadi agen perubahan. Asal tau, saat SMP saya sudah demo, walau untuk mengambil nilai pelajaran PPKn tapi itu saya laksanakan dengan baik. Jadi, lepaskan doktrin bahwa karena kita mahasiswa kita harus turun aksi, walau sekali, itu SALAH.

Menjadi Agent of Change lebih luas dari itu. Malah ketika ribut-ribut akan masalah ini, masalah itu, menomor dua-kan tanggung jawab utama kita kenapa kita jadi mahasiswa itu yang salah. Tak saya katakan bahwa kita harus jadi apatis, kita wajib peduli, karena siapa lagi yang kan peduli ikhlas pada negeri ini kalau bukan pemudah negeri ini sendiri? Rakyat hanya peduli ketika kepentingan mereka mulai diganggu, rakyat negara lain peduli hanya karena ingin menguasai negeri ini. Jadi memang kita pemuda negeri inilah yang bisa peduli pada negeri ini secara tulus, ikhlas. Tapi bagaimana kita bisa peduli dengan negeri ini kalau kita tidak peduli dengan diri kita?.

Bagaimana menjadi Agent of Change? Masih banyak carakan? Tak harus demo-kan? Demo tak salah, tapi bukan satu-satunya cara.

Sudahi dulu, saya masih terbingung dan terkagum dengan novel Persiden – Wisran Hadi dan ingin menikmati alunan radio malam ini, penyiar favorit saya saat ini yang sedang siaran. Semoga ia mau menemani saya sampai selesai saya membuat sebuah tugas kuliah

Salam 21:32 pada sabtu malam tanggal 29 November 2014
Tetap, semangat yo!

Tuesday 7 October 2014

Tulisan rindu, bukan jatuh cinta

Ditemani 2 sachet energen vanilla pagi ini (03 Oktober 2014/01.38 a.m) dan ditemani (lagi) oleh  kabut asap yang sepertinya tiada hentinya walau sedikit berkurang. Sore tadi, bertemu dengan-mu. Lucu sekali saya menulis ini untuk kamu padahal –seharusnya- kamu adalah orang yang saya benci karena ketidakadilan kamu pada saya yang lucunya tak saya tuntut balik, entah karena saya malas menuntut kamu, atau saya tidak ada keberaniaan menuntut kamu.
Ketika (mungkin) kamu membaca ini mohon jangan geer saya menulis ini bukanlah sebagai perempuan yang sedang jatuh cinta pada mu, karena saya tidak pernah jatuh cinta pada mu. Saya menulis ini karena merindukan kamu. Tak bisaklah kita bertemu lagi?
Sebenarnya saya tak mau menulis ini, karena 2 atau 3 hari lagi ketika saya membaca ini pasti saya geli sendiri dengan tulisan ini. Tapi saat ini saya ingin sekali kamu tau tentang ini, saya ingin mengobati diri sendiri atas rasa rindu yang lucu ini. Saya sedang mengingat-ingat sepanjang-panjangnya tentang masa-masa itu , bukan masa-masa dengan mu, maksud saya masa-masa yang keras itu yang mana ada kamu dimasa itu -banyak sekali.

Pertama bertemu, kamu hangat, hari itu aku gugup sekali –hari pertama- terima kasih sudah membuat tertawa, kukira kamu sama, ternyata kamu yg memegang kendali disana, betapa tak menyangka dan malunya aku ketika mengetahuinya. Tak hanya kamu saja sebenarnya yang baik disana, ada banyak, tapi banyak pula yang saat itu jahat dan hanya kamu orang terdekat yang baik saat itu, jadi itulah mengapa aku merasa kamu yang paling baik. Lucu sekali jika mengingat kembali semuanya. Favoritku tentu saja -jika kau ingat- ketika aku melakukan kesalahan “besar”, ya ampun, kukira kau akan memarahiku, tapi lucunya kau malah membuatku rileks. Ada banyak lagi favoritku, dan lagi, lagi dan banyak lagi.

Kamu ceria, membuat kami –khususnya aku- ceria juga, awalnya. Namun menuju akhir, ini yang sangat “lucu” kamu berubah 180 derajat, kaku. Entah karena kamu kecewa, tapi kenapa harus kecewa jika ada orang yang akan menjadi lebih baik? Kamu tau sampai sekarang aku masih ingin menyanyakan langsung ke-kakuan mu itu, diam-mu itu, yang sepertinya menyimpan kecewa yang beramarah. Padahal seharunya aku yang marah, sudah kukatakan diparagraf pertama, kamu tak adil.

Ah! Se-“lucu” atau tepatnya Se-“aneh” apapun aku menulis ini, mempostingnya, berharap kamu akan membacanya, tapi pada akhirnya, kamu akan terbang, menuju pulau sebrang, dan segera aku akan merindukanmu. Semoga kita akan bertemu kembali dalam keadaan yang lebih sukses, dan dalam keadaan “masih bisa bernafas” Hahaaha. Serious, although the situation crowded like Jakarta, we gotta keep breathing right? Hahaa.


Terima kasih
Salam
Teroris


Friday 15 August 2014

Haha

ha hahaha ha. tertawa, itu ekspresi saya sekarang untuk segala hal yg ada dihidup saya. haha, saya menertawakan diri saya, hidup saya, kesempatan saya, semua hal yg saya miliki, hal yg terjadi, mimpi saya, keputusan saya, pikiran saya.. haha. tidak semua orang tau, karena org tdk tau semua.
saya tdk tau kenapa saya bisa begitu.... tdk karuan padahal saya sudah bisa melihat benang merahnya, tp hanya melihatnya blm bisa melakukannya -menyelesaikannya.

ha ha. orang gila suka tertawa. saya bukan gila -belum dan jangan sampai.

saya tdk tau sejak kapan saya tertawa disaat yg sebenarnya tidak pantas untuk tertawa, karena menurut saya tertawa itu dilakukan saat bahagia, saat ada hal yg lucu. atau memang hidup ini lucu?
entahlah boi.

tidak semua orang tau karena orang tdk tau semua tau semua. jd sulit juga untuk....

saya mungkin butuh waktu sendiri, lari. menyibukkan diri ditempat lain.
yg lebih tepatnya saya butuh sebuah keheningan yg membuat saya tdk bermain dg pikiran saya. itu sulit, haha

Monday 4 August 2014

Halo!

Halo Boi! Lama tak menulis, kangen ya? Hahaaha

Entah kenapa sekarang malas banget nulis. Em.. gak malas sih, Cuma bingung aja. Banyak yang pengen diceritakan, banyak yang mau dicurahkan atau banyak perasaan yang masih belum bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk dituliskan, Hahahaa entahlah mungkin semuanya.

Jadi apa kabar? Hehee, entah kenapa kalimat basi itu jadi kalimat favorit gue sekarang. Kalimat basi itu malah sekarang jadi ‘intermeso’ yang hangat menurut gue. Apa kabar? *entah menanyakan kabar siapa*

Semester 4 gue udah berakhir dengan nilai yang ya... diyakini menurun dari IP semester lalu. Rasanya lumayan kecewa dan.... bangga!. Rasa kecewanya ya jelas dong karena IP-nya menurun, padahal targetnya waktu mulai mencium semester 4 itu menargetkan IP gue naik, ya diatas 3,7 lah dan ternyata.. gagal. Hiks

Dan rasa bangganya untuk segala hal yang telah terjadi di semester 4. Untuk segala yang gue mulai, gue temui, gue pelajari, gue beraniin dan segala yang ada bersama gue. Banyak banget yang terjadi di semester 4 ini. Ini mungkin semester yang “Ter” bagi gue. Ter-Wah, Ter-Wow, Ter-Ngehe, Ter-galau, Ter-Bahagia, Ter-bodoh? Hahahaa
 

Gue gak tau entah kenapa ini semester jadi yang paling bewarna, padahal pas liburan menuju semester 4 gue Cuma dirumah aja, membabu, main laptop, membabu, baca beberapa buku pinjaman, main laptop, membabu, browsing –disekitar itu aja kegiatan gue. Eh tunggu, gak juga...... Gue emang dirumah aja, tapi pas liburan itu gue udah ngerasa kemana-mana walau gak kemana-mana. Gue ketawa-ketawa sendiri kalau ngingatnya, ayo ketawa dulu, Hahahahaa. Gue ngerasa udah jalan-jalan terus ketemu sama banyak orang. Ketemu orang pintar, orang pintar tapi pasrahan, orang pintar tapi egonya tinggi -banget-, banyaklah, hahahaa. Lucu ngingatnya, kalau ceritaiin itu harus buat postingan khusus. Hihii, apa kabar ya orang-orang itu? Bisa gak yak reunian? Hahaa *efek habis reunian*

 

Nah, gue jadi bingung ngelanjutin ini tulisan setelah reunian sendiri dengan... dengan apa ya nyebuntya, bingung juga gue. Pokoknya sekian dulu deh kayanya. Entar gue sambung dengan awal memulai semester “Ter” ini. Kali ini izinkan gue reunian dengan.... dengan.., entahlah gue juga gak tau nyebutnya apa. Cauw dulu sodara, semoga segalanya mendamaikan-mu 


Monday 21 July 2014

Rindu

♬♪ Bonfire Heart

Your mouth is a revolver firing bullets in the sky
Your love is like a soldier, loyal till you die
And I’ve been looking at the stars for a long, long time
I’ve been putting out fires all my life
Everybody wants a flame, but they don’t want to get burnt
And today is our turn

Days like these lead to
Nights like this leads to
Love like ours
You light the spark in my bonfire heart
People like us, we don’t need that much
Just someone that starts, starts the spark in our bonfire hearts

This world is getting colder. Strangers passing by
No one offers you a shoulder. No one looks you in the eye
But I’ve been looking at you for a long, long time
Just trying to break through, trying to make you mine
Everybody wants a flame, they don’t want to get burnt
Well today is our turn

Monday 9 June 2014

Semacam Curhat & Alasan Hilang

Halo ..................... 
Muahahahaha, kepengen ketawa aja, setelah menjalani hari-hari yang ‘semakin-semankin’ saja. Halo ...... sudah lama tidak menulis disini, lama banget, hahaaha, padahal janjinya mau rajin-rajin nulis semenjak menonaktifkan sosmed semacam twiiter/facebook tapi yang terjadi malah sebaliknya, Hahahaha


Jadi gini, kenapa aku semakin menelantarkan blog ini dikarenakan.. sibuk! Sibuk? hahahaha. Sekarang lagi kepengen menyibuk-nyibukan diri mengikuti kegiatan organisasi, belajar jadi mahasiswi kritis, ingat masih belajar! Masih sok tau untuk tau. Ah, sok tau kalau digunakan dengan tepat sok tau itu merupakan sesuatu yang ajaib! Ke-sok-tau-an itu bisa mengantarkan kamu ke sebuah kebenaran pada akhirnya. Sok tau & berani, untuk penting banget buat yang masih belajar. Gue ini seringnya sok tau dulu baru tau. Kalau gak gitu, cuma diam aja orang gak akan ngasih tau ‘taunya’ itu ke kamu. Diaaaaaam aja....? *mati ajala*  Berani aja buat sok tau, mereka bakal ngoreksi kamu jadinya, dan woalaa kamu jadi tau, Hahahhahaha. Tapi ingat, jangan asal sok tau dan yang paling penting jangan ketauan kalau kamu lagi ‘Sok Tau
Ini bahas apaan sih sebenarnya 

Thursday 29 May 2014

Awal dari sebuah pertengkaran ataupun kebencian adalah: ego.

Orang2 yang ego-nya tinggi, maka lebih cocok tinggal di gunung tinggi. Sendirian.

*Tere Liye

Friday 18 April 2014

Aiiii ... {}


“if one day you feel like crying...
call me
I don't promise that
I will make you laugh

But I can cry with you.

If one day you want to run away
Don't be afraid to call me.
I don't promise to ask you to stop,

But I can run with you.

If one day you don't want to listen to anyone
call me
i promise to be there for you
but i also promise to remain quiet

But...
If one day you call
and there is no answer...
come fast to see me..

Perhaps I need you.”

― Robert J. Lavery



Foto lama masa sekolah dulu, aiii, ternyata dulu gue gak alay amat. Kangen {}

Wednesday 9 April 2014

Menulis(lah)

Menulis, sebuah kebutuhan (harusnya). Menulis, itu semacam obat penenang yang gak punya sisi negatifnya, semuanya positif. Entahlah dengan orang lain, bagi gue seperti itulah pandangan gue tentang menulis. Menulis, gak perlu menunggu punya topik atau mencari kata keren yang tepat dahulu, ambil saja pena mu atau apapun medianya, goreskan kata yang memang ingin kamu katakan, apa yang ada dalam pikiranmu, apa yang kamu dengar, yang kamu rasakan. Biarkan dia mengalir. Dan, boom! Semuanya lepas, gue terbang, dengan tulisan gue yang -entah-apa-aja- random banget!

Menulis, toh gak harus serius, gak harus menunggu merangkai kata yang sempurna. Menulis, gak harus punya orang lain buat jadi punya pembaca setia yang budiman. Jika kamu menulis, toh kamu jadi pembaca yang baik buat tulisanmu sendiri. Bukankah itu hal yang menakjubkan, kamu membaca diri kamu sendiri, jadikan itu kebiasaan, jadikan itu kebutuhan dan woalaa! Kamu mengenal diri kamu sendiri. Menulis, kamu bisa mengalirkan gairahmu, emosimu, kedalam-nya. Dan ketika kamu membacanya, kamu seperti sedang membaca mantra, mantra ajaib, mantra menakjubkan, mantra kamu.
Menulis, itu pilihan ter-baik, ketika kamu tidak sanggup lagi mengucapkannya atau tidak sanggup lagi memendamnya.  Tuliskan saja! Jika kamu sedang ah, pening sekali dengan sesuatu/seseorang, tuliskan saja apa yang kamu rasakan, berasumsi saja dia akan membacanya, saya yakin kamu akan lebih lega daripada sekedar ingin mengatakan tapi tak berani, ingin memendam tapi tak sanggup lagi. Tuliskan saja, bukankah saya sudah katakan diawal, menulis itu seperti obat penenang.



Menulis itu investasi yang paling baik, menurut gue. Investasi untuk mengenal diri kita sendiri. Satu persatu tulisan yang kita tulis, waktu demi waktu, akan mengumpulkan siapa kita sendiri. Tulisan itu bisa menjadi acuan ukur bagaimananya kita dulu dan bagaimana perubahan kita-nya sekarang. Menulis itu investasi yang bersifat priceless untuk diri kita. Mengenal diri sendiri, apalagi di umur yang rentan sedang mencari jati diri ini, bukankah susah sekali menyebut nominal untuk mengetahui sebuah jati diri? Dan orang lain belum tentu bisa mengenal kita sebaik tulisan kita sendiri.



 Lihat, tulisan gue masih -gak-oke-banget-kan? Tapi oke, gue masih mencari jati diri, nanti gue bakal baca tulisan ini —berulang-ulang kali— sama seperti tulisan gue yang lainnya, nostalgia dengan tulisan-tulisan gue itu, belajar dari tulisan gue, dan membentuk jati diri yang mapan untuk jati diri gue di masa depan. Menulislah, karena itu sama pentingnya dengan membaca buku dari penulis terkenal. Toh penulis itu, gue yakin melewati fase menulis untuk diri sendiri dulu. Lalu membiasakannya, dan mejadikan tulisan mereka menjadi pendapatan bagi mereka. Menulis, merupakan bagian ekonomi kreatif, dimana input dan outputnya merupakan gagasan.



                Dengan membaca kamu bisa mengenal dunia, dan dengan menulis kamu bisa mengenal kamu! Atau bahkan.. dunia bisa mengenal kamu

Doodle, Hobi baru yang tidak rasional

Ehem, Em! Halooo, setelah akhir-akhir ini ngeposting tentang -entah apa aja- ini postingan perdana gue dengan hobi baru gue tanpa galau-galauan, Nyiahaahaha. Apa itu? Apa hobi baru gue itu? Ah, kan udah gue kasih tau di judul, Hahaaha. Sebenarnya gue sama sekali gak bakat dalam gambar menggambar, jadi untuk menekuni hobi ngedoodle ini sangat tidak rasional. Tapi namanya juga suka, apa salahnya untuk dicoba, untuk menjalani hubungan ini *apaan ini....*  

Awalnya gue tau tentang doodle-doodlean ini pas sekolah dulu, pas lagi prakrin, pas pula teman gue mau ulang tahun, gue jadi pengen buat untuk dia, tapi entah kenapa bukan kelihatan seperti doodle, malah jadi seperti.. seperti.., seperti itulah. Tapi Alhamdulillah dia senang, disimpannya, disimpannya buat nakut-nakutin keponakannya mungkin, Hahaaha. 

Nah kemaren setelah sekian lama, gue coba lagi berdoodlean ria. Niatnya sih cari kesibukan baru supaya gak berselancar ria di dunia maya sampai malam. Tapi malah kadang nge-doodle buat gue tidur lebih malam lagi -_- Pas banget sebenarnya waktu itu teman gue ada yang ultah, gue buatin dah, jelek. Buatin lagi, aneh. Hm.. Gak jadi ngasih doodle itu buat dia, gue simpan aja. 



Biru


Biru.
Bagiku warna selalu biru.
Ya, seperti Tegar yang selalu mengatakan, baginya hari selalu pagi.
Seperti itulah. Bagiku warna selalu biru.
Bukan berarti aku buta warna, tidak. Aku masih mengenali lampu charge baterai laptopku, bewanarna orange.
Sama seperti tegar, yang merasakan semangat baru di pagi
Aku pun begitu, merasakan mantra menenangkan pada biru.
Biru itu selalu ada, seperti langit yang selalu ada, meski disini langit sering disembunyikan oleh kabut, kabut asap. Biru itu juga selalu terdengar, seperti suara deburan ombak di birunya laut, padahal disini, dikotaku tidak ada laut, tapi setidaknya aku pernah melihat birunya laut, mendengar suara biru laut.
Biru itu juga selalu menenangkan –menyegarkan, seperti rumput yang sering kupijak di kampusku, yang sering dipangkas hingga mengeluarkan aroma yang menyegarkan –wangi rumput yang baru dipotong. Iya aku tau, rumput itu bewarna hijau, sudah kukatakan aku tidak buta warna bukan? Tapi aku ini keras kepala, bagiku warna selalu biru. Tidak masuk diakal. Peduli apa aku, toh ini ba-gi-ku.
Biru itu selalu menerimaku, menemaniku, memerdekakanku, ya itu yang dirasakan ketika aku melihat langit, biru. Kau tau, menurut ku aku dan langit punya radar seperti kugy dan keenan. Radar yang bisa membuat langit mengetahui apa yang kupikirkan, kurasakan. Iya, seperti mengadu pada langit, lalu langit akan memberikan respon menenangkan-ku, lalu seolah memerdekakanku dari berbagai hal yang sulit dideskripsikan.
Cinta? Merah jambu?
Kebanyakan orang melambangkan cinta dengan warna merah jambu. Namun bagiku, biru adalah warna cinta. Kau tau kenapa biru? Itu panjang ceritanya.
Bagiku, biru adalah bagian vital dari kehidupan. Sama seperti urat nadi yang biru, yang bersembunyi dibalik kulit kecoklatanku.
Untuk biru, Terima kasih wahai Sang Maha Pencipta.

Thursday 3 April 2014

Ten2five - Special day

Gue suka banget lagu ini, walau bahasanya bukan bahasa indonesia tapi menurut gue (yg englishnya tdk berkecukupan) dalam lagu ini dan kebanyakan lagu ten2five (sebut saja i will fly atau you) englishnya gak berat buat dimengerti dan di dengar. Tapi karena inggris gue yang gak berkecukupan tadi gue malah pengen ngebagiin lirik ten2five yang special day karena gue search di search engine gak ada yang punya, yasudah kalau gue salah tolong di beritau ya, namanya juga belajar, daripada gue belajar bahasa inggris di omegle teruskan HAHAHAAHAA

    Oh iya, FYI lagu ini gak perlu lu cari bajakannya deh, tersedia kok di website resminya Ten2Five. Dan banyak juga lagu Ten2Five yang lainnya, jadi setidaknya walau gratis tapi originalkan Muahahaaha

-------------------------------------------------------------------------------------------
Special Day
Ten2five

Today
Is a very special day
there are many things  that i have to say
each moment that we have been through
for a good time and bad time we’ve had.

I’m sorry if i ever hurt you
sorry if i ever makes you cry
but for now i want you to know
my baby
listen to what i have to say

Reff :
love change my life in every way
love only gives and it never claims
this love one thing i have for you
on this very special day
 gonna love you more and more

I’m sorry if i ever hurt you
sorry if i ever makes you cry
but for now i want you to know my baby
listen to what i have to say

love change my life in every way
love only gives and it never claims
this love one thing i have for you
on this very special day
 gonna love you more and more

love change my life in every way
love only gives and it never claims
this love one thing i have for you
on this very special day
 gonna love you more and more and more
on this very special day
gonna love you more and more

-------------------------------------------------------------------------------------------

Love Only Gives And It Never Claims – Ten2Five

Friday 21 March 2014

Halo

Halo, bagaimana, kabar kamu?

Saya tidak tau kenapa menulis, ini. Mungkin kamu bisa menjawab?

Ah, bagaimana bisa kamu menjawab, kamu mungkin tidak tau saya menulis ini untuk kamu, Hahahaa

Jadi, bagaimana?

Kabar kamu?
Kabar? Menanyakan kabar? Itu hal paling basi diantara basa-basi yang sangat saya benci –sebenarnya.
Jadi, bisakah kamu mencarikan pertanyaan lain? Seperti, bagaimana keadaan langit disana?
Langit disini bewarna orange, padahal malam, pukul 22:42 sekarang. Mungkin karena biasan lampu rumah-ku, lampu-lampu tetangga dan lampu-lampu jalanan itu. Tidak ada bulan, aku sudah mencarinya untuk mengabarkan ke-kamu, mungkin ia bersembunyi, dibalik awan tipis yang masih terlihat. Tapi tenang, ada beberapa  bintang yang kulihat, 3 diantaranya terletak  sejajar. Mungkin sejajar dekat tempat-mu sekarang. Atau mungkin kita sedang melihat bintang yang sama? Lalu 4tahun atau lebih, dimasa yang akan datang, bintang yang kita lihat itu akan mengingatkan kita kembali di hari ini, karena gitu kata salah satu Thread di kaskus. Cahaya bintang yang kita lihat sekarang bukan cahaya bintang sekarang, melainkan cahaya yang dipancarkan 4tahun yang lalu, bahkan lebih, tergantung jarak bintangnya.

Bagaimana?
Aku masih saja belum fokus belajar, bagaimana mau mendapatkan IP tinggi yang berkorelasi positif dengan ilmu yang kupahami kalau seperti ini. Kamu harusnya memarahi aku. Ayo marahi saja aku, biar tambah berapi aku memarahi kamu, Hahaaha

Yasudah, saya belajar dulu ya, bergelut dengan kurva dan angka. Ah, mungkin saya jauhi dulu buku-buku yang mengandung itu, ada buku Apresiasi Sastra Indonesia-nya Suroto, lebih menarik sepertinya.

Hahaaha, memang tidak pernah diakhiri, jadi, ini juga tidak bisa saya akhiri