Thursday 14 May 2015

Sendiri

Sendiri. Saya muak dengan bising, dengan kebersamaan, entah kenapa semua terasa mengganggu, palsu. Mempertanyakan pembicaraan kita, kebersamaan kita. Kenapa kita lakukan? Tuluskah? Atau hanya karena hal basa-basi agar tak sendiri. Saya ingin hilang, pergi ketempat dimana tak ada yang mengenal, apa yang saya lakukan tak lagi dipertanyakan atau dicurigai. Nah, sekarang betapa terlihat tak bersyukurnya saya. Tapi saya muak dengan kebersamaan, saya muak merasa kebersamaan itu palsu. Bahkan merasa kebersamaan itu hanya seperti hinaan karena kita tak mampu untuk berdiri sendiri. Kita bersama untuk tidak terhina tetapi kita saling menghina.

Mengapa kita bersama? Karena merasa cocok? Merasa saling menguntungkan? Merasa bisa saling menjadi lebih baik dengan bersama? Atau karena ya.. kebetulan saja, karena tak ada kesempatan memilih orang lain lagi untuk bersama.

Saya muak terlihat ini bukan saya, tau apa anda? Saya saja tak tau. Saya ingin hilang dan tersesat, mencari jawaban. Tak ada yang mengenal, lalu apa yang akan saya lakukan? Mungkin saya akan menjadi saya. Saya muak terkukung dalam masyarakat yang serba sok tau, sok tau tentang saya, tentang semua. Saya muak dengan percakapan dan tawa dan canda yang bising ini. Seperti klakson pengendara bodoh yang membunyikan klakson ditengah macet.

Oi! Saya ingin sendiri dan hilang dan tak dikenal. Saya ingin menemukan diri saya sendiri, dan tak lagi asing dengan diri sendiri dan berhenti bertanya siapa kau sendiri? Saya muak menjadi asing dengan diri sendiri mengkambinghitamkan kebersamaan, mengkambinghitamkan kenal-mengenal karena membuat saya kehilangan diri sendiri.

Saya ingin sendiri dan memperhatikan keramaian dan menertawakan orang-orang yang tak mengenal dirinya sendiri.

Saya ingin sendiri, untuk mengetahui diri.