Friday 21 September 2012

catatan terakhir OFFAIR-212


Suatu pertemuan yang indah, bertemu dengan kalian, 2009. Kita adalah satu keluarga, satu kenangan, satu masa, masa putih abu-abu dengan berjuta rasa. Hal konyol, menyenangkan, amarah, duka, cinta, bahagia, tawa, tangis dan hal lain yang dirasakan dalam hati tapi tidak bisa dirangkai menjadi kata, kita lakukan bersama, melalui detik yang telah berlalu, melalui genggaman tangan yang masih terasa, melalui senyuman yang masih teringat, melalui air mata yang masih mengalir, dan menjadi kenangan yang masih dan takkan terlupa. Bukan tentang aku, dia, kamu atau kami tapi ini, tentang KITA.
Tiga tahun, masa yang dulu kita rasa masih lama, tapi ternyata telah terlewati oleh kita, waktu, ia takkan pernah lagi kembali, sekeras apapun kau mampu, tapi kenangan itu, canda itu, tawa itu, tangis itu, yang kita alami 3 tahun itu teman, takkan pernah terlupakan. Semuanya, kita tertawa, kita bercanda, bercerita, menangis, belajar, segalanya tak bisa untuk dilupakan.
Teringat saat pertama MOS, saat yuli mengenalkan dirinya dalam barisan, saat mita dimarahi kak joni, saat kita berjoged goyang duyu pada penampilan gugus, saat kak ii membuang mencampakkan buku merah putih kita, dan saat kita berkenalan, untuk pertama kalinya. Seragam, kita masih seragam lama SMP, bercampur warna, bercampur sekolah tapi akhirnya kita menjadi satu. Ada juga saat kita beauty class, tanjung yang jadi modelnya, untuk beberapa diantara kita, itu pertama kalinya mengenal alat make up tersebut, atau juga saat table manner di hotel dyan graha, sepatu tanjung haknya lepas, dan sealvi, penampilannya yang biasanya  tomboy dan tak peduli gaya penampilan, memakai tas tangan, rok panjang, jilbab cantik dan di hias make up.
Bukan hanya disekolah, Bangkinang pun pernah menjadi saksi bahwa kita itu keluarga. Ya, saat kita outbond di Bukit Naang. Saat perjalanan kita selalu menggangu warga disana, berteriak kaya orang kampung, terkadang bernyanyi, dan pastiya berfoto, hal yang tak bisa lepas dari kebiasaan kelas kita. kita mencoba banyak hal disana, banyak hal yang menjadikan kita lebih kuat.
Saat kelas 1, saat kita belajar stenografi, Cut Mutia dan Denok sering dimarahin Ibuk Farida, masih ingat? Saat itu kalau salah, kita harus denda pakai uang.
Ada juga saat kita mendekor kelas kita pertama kali, teori 8. Iya, hasilnya kelas kita jadi seperi kelas TK, penuh dengan hiasa kartun, kita juga dimarahi sama kakak kelas karna tulisan “ lebih baik ngisap permen daripada ngisap rokok” yang kita tempel di jendela. Saat itu, rambut ayu masih keriting, muka yulmardi masih coklat tua, sealvi masih kemana mana dengan diana, nia masih pakai jilbab yang poninya dikeluarin. Banyak hal lagi yang masih teringat saat masa itu, masa pertama menjadi keluarga.
Dikelas 2, waktu mejadi saksi, masa-masa kita menjadi lebih banyak warna. Dan banyak lebih banyak anggota keluarga, Ia Reza Fitri Susanti, si minang pertama kalinya masuk menjadi keluarga kita. Ada juga saat Tanjung yang kecelakaan sampai kakinya patah, mita yang sok-sok tegar pas jenguk tanjung tanpa ia sadari air matanya mengalir. Kita jenguk tanjung pakai oplet, sampai kita harus tawar menawar dulu harga opletnya, juga kita pindah kelas dari lantai atas kita pindah kelantai 1 tepatnya diteori 3, karna kasihan tanjung saat itu belum bisa naik tangga. Tapi sebelumnya tanjung juga pernah digendong sama beberapa diantara kita buat naik tangga. Dan di diteori 3, masih segar diingatan, kelas yang banyak nyamuk, dan terkadang agak bauk, teringat juga saat ibu puji risih ngajar dikelas kita karna kakinya banyak digigit nyamuk padahal katanya ibu udah mandi. Dan yang paling teringat tentang masa kelas II, adalah masa saat kita studi tour ke sumatra utara. Selfia, ia rajanya muntah, berplastik plastik yang kalau dikumpulin bisa bekarung. Kita melewati banyak tempat, yang menjadikan tempat itu saksi masa-masa putih abu-abu kita. Kita merasakan dingin, mual, menyapa orang-orang dari dalam bus, juga pak polisi dan orang pacaran. Kita melihat hal baru bersama-sama, merasakan keindahan sumatra utara bersama-sama. Masih teringat saat pak supir memutar lagu yang tak kita sukai saat kita belum tertidur dan memutar lagu bagus saat kita tertidur. Bukan hanya kita, juga ada wali-wali kelas kita, Ibu Tati Farida, wali kelas kita kelas 1 bersama Ica, Ibu Daflina, walli kelas kita kelas 2 dan 3 juga ada Buk Tina dan Pak Imrawardi yang saat diana sesak nafas atau diana bilang “ tidak bisa nafas” saat di bus mengatakan, sabar, sabar! Kita berhenti nanti kalau ada apotek, tapi pas ada apotek, busnya lanjut aja, tapi akhirnya diana bisa nafas di POM Bensin. Banyak hal lagi yang terjadi, dan banyak pengalaman dan rasa yang dirasakan bersama saat itu.
Kelas 3, lebih banyak hal yang sulit dirangkai menjadi kata. Terlalu bayak kenangan canda, tawa, tangis disini. Tapi itu yang membuat kita menjadi lebih kuat. Kita mengenal dunia usaha saat itu, kita belajar bagaimana menerapkan masa-masa belajar kita di dunia usaha. Tapi tetap saat prakrin, yang di rindukan adalah kelas, buku, guru bahkan tempe bang doel. Saat kita menjadi supporter Adm. Perkantoran di acara sekolah seperti class metting, iya masih bisa dirasakan kehebohan kita, juga teriakkannya. Dulu, kita dihadapi dengan banyak ujian, terlalu banyak. Masih ingat perjuangan Ujian Praktek Kejuruan kita? Ya, banyak yang gugup dan optimis. Ujian bukan hanya sampai disana, banyak ujian yang telah kita lalui bersama. Terobosan untuk mempersiapkan UN, hingga saat menghadapi ujian itu, ujian final kita. MASUK BERSAMA, KELUAR BERSAMA! It motto UN, bersama, tanpa mengenal dengki atau dendam semua kita menjadi satu, demi satu cita, LULUS BERSAMA! UN SELESAI! Serasa beban itu tidak ada lagi, tidak lama, karna kita punya beban baru, merindukan sekolah. Merindukan meja itu, papan itu, gurauan itu, buku itu, sorak sorak kelas, suasananya yang takkan kita rasakan lagi, banyak lagi terutama merindukan masa itu, putih abu-abu. 26-05-2012. Kita berhasil teman! kita berhasil keluar bersama, coret disana, teriak, aku lulus! KITA LULUS!
Ya, kita semua lulus teman, kita berhasil, tapi di balik semua itu, kita harus berpisah dengan masa putih abu-abu. Takkan ada lagi namanya seragam, takkan ada lagi yang namanya tugas, tak ada lagi yang namanya buku batas, kita takkan sesering dulu berjumpa teman. Kita takkan sesering dulu belajar bersama, bercanda bersama, kita takkan sesering dulu melihat si centil yuli, si cantik tanjung, pipinya sealvi, 4 lelaki emas itu, surya, yahdi, yulmardi dan kepala suku kita rio, kita akan jarang berjumpa dengan si raksasa tukang foto bunda, si lasak chibi clara, si diana yg tdk bisa lepas dari hp, si kurus tiara dan mamaknya vany, si minang sherly dan reza, si narsis moci, si pendiam anisa, si hidung mancung mita, si melis yang terkadang nakal, si rita yg kelihatannya pediam tapi banyak cowok, si batak pelit selfia, si betis seksi ayu, si mata kecil lili, si rambut panjang yg suka nyanyi kalau masuk kelas yezi, si cungkring mona, si bohai wina, si puji yg kelihatannya pendiam tapi galak, si selena yang seksi vrisca, si ciiyhalmasyi yang bantet ya dia elvilia, si udel erlin, si rezky yang pilit tapi baik, si jupe alias julia, si tomboy tapi sering feminim yang suka main voli siapa lagi kalau bukan nike, si dwitika yang kurus kecil, si cina edan satu-satunya yuyu, si cinto-cinto yang suka cerita dibelakang, nia yg mirip husna atau husna yg mirip nia, nurlia rangkuti yang jadi sekarang jadi inang di sumatra utara, si denok cantik tapi malas gak peduli pelajaran, kita juga gak akan sesering dulu ngeliat icut, asnil, tanjung ceritain cowok, ngeliat si kurus yg suka bilang dia gendut dini, desi yg dulu suka sama (sensor) atau juga orang tua kita yang tanpa kita sadari tanpa mereka, kita takkan bisa seperti ini. Iya, walikelas dalam dua tahun, Ibu Daflina, Ibu perfect sekalian ibu yang suka bilang kita kodok Bu Puji, Kajur Kita, Mem Rita, Mam Syarifah yang suka ke toilet saat ngajar, Ibuk Ed yang dulu kita bilang monster, Ibu Linda yang suka ketawa sendiri padahal kita merasa gak ada yang lucu, Pak Am dan Ibuk Pkn yang ngajarin kita agama 3 tahun berturut-turut,  Ibu Tati yang jadi wali kelas kita pas kelas 1, Buk Tina, Pak Edmon, Pak Joni, Buk Novi,
Ya, kita takkan sesering dulu berjumpa, bercanda seperi dulu, bercerita seperti dulu, banyak hal yang telah kita lakukan bersama,  yang takkan lagi kita lakukan bersama. Raga kita memang takkan sesering dulu bersama lagi teman, tapi ingatlah, kenangan masa-masa dulu yang kita lakukan bersama aku selalu ada, ingatlah kita, ingatlah kita adalah sebuah keluarga, keluarga dari masa putih abu-abu yang menakjubkan. Suatu hari, berjanjilah kau akan sukses meraih mimpi dan menunjukkannya kepada kami, berjanjilah teman, suatu hari kita akan berkumpul bersama lagi. Kejarlah mimpi dan temukan kami teman, kita, keluarga dari masa putih abu-abu, dan akan selalu menjadi keluarga, KITA!
Jika ada kata yang ingin kau ungkapkan, ungkapkanlah teman, jika kau ada rasa benci, katakanlah teman, jika kau merasa punya salah minta maaflah, sesungguhnya kita itu keluarga, yang takkan mau melihat anggota keluarganya terluka. Kita bukan hanya untuk 3 tahun teman, tapi kita untuk selamanya. Kita takkan pernah lagi kembali ke masa itu, tapi  masa itu akan selalu ada, kenanglah dan jangan lupakan..

-   OFFAIR-212 -
“Bergegaslah kawan, sambut masa depan, tetap berpegang tangan dan saling berpelukkan, berikan senyuman, sebuah perpisahan, genggamlah sahabat, KITA UNTUK SELAMANYA”