Sunday 15 November 2015

Ya, mungkin saya mendut

Namun Mendut-ku, mendut-ku, memang arif orang tuamu memberi nama mendut padamu. Wahyuni pun melihat betapa masih mendut-mendut dirimu, masih mengambang, mencari bentuk. Akan kuiringi kau, Anakku sayang, sebagai wakil orang tuamu yang pastilah merindukan kau juga saat ini dan serba prihatin mengambang juga antara yang pasti dan yang belum tentu. Tetapi sekali saat kamu akan menemukan batinmu, jati-dirimu, prono-mu. Sekali peristiwa Mendut-ku akan bersua dengan pemenhan dambaan-dambaanmu, Dewa Kamajayamu, wayahmu, citramu 
 – Y.B. Mangunwijaya, Roro Mendut, Novel sejarah, Gramedia, hal. 52.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mendut berarti masih mengambang, bimbang untuk mencari bentuk. Sedangkan prono mempunyai arti batin, jati-diri. Citra berarti dambaan, gambaran dan bayangan. Nah bukankah pada suatu saat pada dalam mecapai citra-citra atau bayangan, atapun jati diri kadang-kadang kita dalam keadaan mengambang tak menentu, kadang-kadang ke sana kadang kemari?


Tuesday 10 November 2015

Surat Cita

Selamat pagi Ibu. Saya tidak tau ketika Ibu membacanya saat siang atau sore, tapi selamat pagi punya magis –memberi semangat. Semoga selamat pagi ini memberikan Ibu semangat, semangat menjadi Ibu negara, tak peduli walau sebentar lagi Pak SBY harus menajdi mantan presiden. Ibu tenang saja, katanya tak akan pernah ada yang namanya mantan Ibu, Ibu akan tetap menjadi Ibu negara, Ibu dari bangsa ini beserta Ibu-Ibu lainnya, dan sebentar lagi saya akan menyusul Ibu menjadi Ibu negara ini. Menjadi Ibu negara tak harus mempunyai seorang suami presiden kan Bu? Seorang wanita yang merawat negara ini, peduli, mengurusi dan bertindak untuk negara ini ia juga pantas dipanggil Ibu negara kan Bu?
Ibu, doakan saya untuk menjadi Ibu negara yang baik untuk negara ini. Katanya doa dari Ibu adalah doa yang pasti dikabulkan Allah. Walau bukan Ibu kandung, Ibu tetap Ibu sayakan? Ibu dari jutaan anak negara ini. Ibu, doakan saya suatu hari nanti ketika saya menjadi Ibu negara saya akan menjadi Ibu yang super bagi anak bangsa ini. Ibu yang akan peduli pada semua anak bangsa ini, tak peduli dia dari kalangan mana. Saya ingin mendongengkan mereka Bu, seperti Ibu kandung yang mendongengkan anaknya. Mungkin itu hal sepele, tapi entah kenapa sekarang hal semacam itu sudah mulai ditinggalkan Bu, ya sama seperti budaya menulis dan membaca. Saya juga ingin menanamkan kembali budaya menulis dan membaca pada mereka, supaya mereka mengenal dunia, supaya mereka mengenal diri mereka, supaya mereka dikenal dunia.

Doakan aku Bu, supaya suatu hari nanti aku aku bisa menggapai citaku menjadi Walikota Pekanbaru. Tapi aku akan tetap menjadi Ibu negara, bukan Ibu Kota kan Bu?  Doakan aku Bu, saat aku menjadi Walikota aku mampu mensejahterahkan kota kecil ku ini. Menjadi adil, juga sekaligus menjadi Ibu dari anak-anak kota ini, membesarkan mereka, memberikan mereka kehidupan yang bahagia, kesehatan yang ‘murah’, fasilitas belajar yang memadai, perpusatakaan, taman, suasan kota yang aman, nyaman, bebas asap. Oya Bu, aku juga ingin memperbaiki transportasi umum kotaku ini, aku ingin masyarakat lebih suka naik transportasi umum, supaya mereka berinteraksi, tidak individualis selain itu bisa mengurangi macet dan polusi. Sekarang dikotaku cuma ada Trans Metro, kalau Ibu berkunjung ke kotaku aku akan mentraktir Ibu naik Trans Metro ke Pustaka Wilayah, itu tempat favoritku Bu.

Ibu, aku suka melihat Instagram Ibu, Ibu suka bunga ya? Bunga favoritku bunga Bugenvil. Bugenvil, walau tak diberi perhatian khusus ia tetap bisa memberikan keindahan dari bunga-bunganya yang warna-warni, ia tetap bisa berbunga walau orang tak terlalu memperhatikannya, tak meyiramnya. Aku ingin menjadi Ibu negara seperti bunga Bugenvil, ia akan tetap memberi manfaat bagi orang-orang, memberikan keindahan bagi orang-orang walau tak diperhatikan orang lain atau bahkan diabaikan. Aku ingin seperti Bugenvil Bu, aku ingin menjadi Ibu negara yang tulus merawat negara ini,  membesarkannya dan menjadikan negara ini negara yang dibanggakan, negara yang hebat.

Doakan aku Bu, doakan aku bisa membantu Ibu menjadi Ibu negara, merawat negara ini.

Salam,
Ospa
Calon Ibu negara & Walikota Pekanbaru

Thursday 5 November 2015

Apa itu unlimited blue?

Harusnya ini udah diposting lama, Cuma ya karena kemaren bahas tentang “boleh gak akad nikah dulu, resepsinya nanti aja?” kaya 3 bulan lagi gitu? Dan ternyata boleh-boleh aja, bahkan setahun kemudian juga boleh. Yaa.. walaupun penghulu teman gue bilang “UDAH BASI! kalau gitu”, tapi.. ah pokoknya gak papa kok menurut teman-teman gue yang sedang bercerita tentang pernikahan. Eh tapi ini sama sekali bukan tentang pernikahan dan gue sama sekali bukan sedang merencanakan pernikahan. Karena.... gue.. masih single. Bukan jomblo. Masih belajar. Dia juga. Entah belajar apa. Ehem. *skip*

Ini tentang perubahan blog gue. Yang belum gue jelaskan, entah kepada siapa. Sebenarnya udah malas bahasnya, udah kelamaan banget kayanya kalau mau bahas. Tapi resepsi aja boleh  sampai setahun lagi, kenapa bahas perubahan blog aja gak boleh terlambat. Better late than never. Itu sebenarnya motto gue kalau lagi gak sanggup ikut UTS, lebih baik ikut ujian susulan dan sudah ‘siap’ daripada tidak ikut sama sekali.

Jadi, pertama tampilan blog gue udah berubah. Dari awalnya ‘menurut gue’ bersifat little vintage dan sedikit girly –liat aja background dan headernya– jadi simple aja, gak terlalu banyak macam lagi. Kedua namanya juga udah ganti dari yang tadinya Olala.. Ospa! Yang artinya kurang jelas gitu, jadi lebih serius(?) unlimited blue.

Kenapa unlimited blue? Karena langit. Teman gue juga bilang, apa yang terlintas pas denger unlimited blue? Jawabannya ya langit. Seringnya blog ini sebenarnya gue jadikan tempat curhat gak jelas, atau tempat pengaduan atau apalah namanya, kadang itu sering gue lakukan dengan.. em.. langit. Jadilah, gue menginterpretasikan langit kedalam nama blog ini. Tapi langitkan gak selalu berwarna biru? Yak. Langit gak selalu bewarna biru. Tapi warna favorit gue memang biru. Dan biru mempunyai banyak makna. Dan jadilah, sesuatu yang tak terbatas dan mempunyai banyak makna. Itu maksud gue. Gue pengen punya alur hidup, punya cerita, pengalaman yang tak terbatas –dihidup gue yang terbatas ini– dan  mempunyai banyak makna. Gue sadar sebenarnya semuanya punya batas, itulah kenapa bacaan unlimitednya di header gue kurung, sebagai pengingat semuanya sebenarnya ada batasnya. Bingung? Jangan, anggap aja itu bagian dari sifat kontradiktif gue.

Sebenarnya ini hampir sama dengan makna mybluebanana walau dari sisi yang berbeda. Intinya gue mau sesuatu yang mustahil menjadi gak mustahil lagi dan mempunya banyak makna. Gue gak mau punya batas ditengah keterbatasan. Gak ada yang mustahil, walau sebagai Hamba Tuhan gue tau manusia itu punya batas, Tapi hei! Gue punya Tuhan yang gak ada yang mustahil bagi-Nya.  Itu juga alasan kenapa gue gak mau ganti alamat blog gue dari mybluebanana.blogspot.com jadi semisal unlimitedblue.blogspot.com–belum ada yang punya loh! – karena yaa artinya sama juga, toh capek juga keles gonta-ganti alamat, sayaaaang amat.

Headernya juga ada foto guenya tuh, eheheheek. Gue suka banget sama foto gue yang ntu. Eh, eh bukan karena gak nampak mukanya ya jadi fotonya bagus  yaa -___-). Foto itu diambil digedung favorit gue, itu sejenis diruangan rahasia gue, hahaha, karena emang jarang orang ke ruangan itu. Nah, pemandangannya itu kota Pekanbaru, keren looooh, heheehe. Itu juga ada kerangkeng besi, jadi pas kan, gue lagi memandang hal tak terbatas –langit & pemandangan kota Pekanbaru– tapi gue sebenarnya terbatas, alias dikurung dengan itu besi, alias kaca. Begituh. Ngerti gak? Ya, gak salah lu kalau gak ngerti sih. tapi coba aja baca atau pahami dengan baik ya, hahahaa.